Dalam ayat di atas dan nash-nash semisalnya, seperti Al-Qur’an surat An-Nisa/4:36, Muhammad/47 : 42-44 dan hadits yang menunjukkan bahwa : مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ = Siapa yang tidak mengasihi orang lain maka dia tidak dikasihi oleh Allah” [HR Muslim : 66], semuanya menunjukkan bahwa orang-orang fakir dan miskin mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang-orang kaya. Dan barangsiapa (di antara orang kaya melihat ada orang yang sedang kelaparan kemudian tidak menolongnya, maka dia tidak akan dikasihi oleh Allah.
Sikap kaum Muslim terhadap pajak menjadi sebuah pertanyaan yang muncul ketika kita menyadari bahwa pajak merupakan salah satu bentuk kezaliman yang nyata. Namun, bagaimana sebenarnya sikap yang seharusnya diambil oleh seorang Muslim terhadap kewajiban pajak?
Menurut ajaran Islam, setiap Muslim diwajibkan untuk mentaati pemimpinnya selama pemimpin tersebut masih dalam kategori Muslim dan tidak memerintahkan perbuatan dosa.
Meskipun pajak dianggap sebagai salah satu bentuk kezaliman, hal tersebut tidak membuat ketaatan seorang Muslim kepada pemimpinnya menjadi batal. Seorang Muslim tetap harus taat kepada pemimpinnya yang Muslim, selama perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan petunjuk kepada para sahabatnya tentang situasi di mana pemimpin melakukan kezaliman. Ketika ditanya apakah boleh untuk melawan atau memberontak, Rasulullah menjawab bahwa itu tidak boleh dilakukan selama pemimpin masih menjalankan kewajiban shalat.
Bahkan ketika pemimpin melakukan kezaliman terhadap rakyatnya terkait masalah harta, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan arahan kepada umatnya untuk tetap patuh kepada pemimpin, asalkan pemimpin tersebut seorang Muslim.
Hal ini telah dijelaskan dalam hadits yang shahih, di mana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk tetap mendengarkan dan mentaati pemimpin, bahkan jika pemimpin tersebut adalah seorang hamba sahaya yang menjadi Muslim.
Dengan demikian, ajaran Islam menekankan pentingnya ketaatan kepada pemimpin selama perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam, meskipun pemimpin tersebut melakukan kezaliman.
اِسْمَعْ وَأطِعْ وَإِنْ ضَرَبَ ظَهْرَكَ ؤَأَخَذَ مَالَكَ
Baca Juga: Baru Sebulan Jadi Menteri, AHY Minta Tambahan Anggaran Setengah Triliun Lebih ke Sri Mulyani
“Dengarlah dan patuhlah (pemimpinmu)! Walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil (paksa) hartamu” [HR Muslim kitab Al-Imarah : 1847]