Transformasi digital di Indonesia tidak hanya dipicu oleh kebutuhan industri besar, tetapi juga oleh semakin banyaknya pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang mulai mengadopsi teknologi dalam operasional mereka.
Menurut Alamsyah, dengan latar belakang IOTF yang berawal dari bisnis tradisional dan berkembang menjadi perusahaan berbasis teknologi, pihak Kingdee berharap kemitraan ini dapat menjangkau segmen UMKM yang selama ini belum tersentuh sistem ERP yang efisien dan mudah diimplementasikan.
“Kingdee, dengan pengalaman globalnya, akan memberikan keunggulan teknologi, sementara IOTF akan memastikan adaptasi yang lebih mudah di pasar lokal,” tambah Alamsyah.
Di sisi lain, kemitraan ini juga membuka peluang ekspansi lebih lanjut, termasuk kemungkinan merger & acquisition (M&A) di masa depan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur digital, khususnya pusat data di Indonesia.
Dengan Kingdee dan IOTF yang sama-sama telah tercatat sebagai perusahaan terbuka, sinergi ini dapat memberikan fleksibilitas lebih dalam melakukan ekspansi strategis yang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi digital di Asia Tenggara.
Dengan kapitalisasi pasar Kingdee yang mencapai Rp100 triliun, jauh melampaui kapitalisasi pasar IOTF yang saat ini sekitar Rp600 miliar, kolaborasi ini juga membuka peluang bagi kedua perusahaan untuk tumbuh bersama dan memperkuat ekosistem teknologi di Indonesia.