Menurut dia pintu masuk di NPCT1 tidak sebanding dengan jumlah kendaraan. Terlebih pintu masuk di tempat tersebut sering error, sehingga kemacetan panjang sering terjadi.
"Tingginya volume arus barang yang melewati Pelabuhan ini menuntut efisiensi dalam managemen operasional dan infrastruktur pendukunganya," kata Ilhamsyah.
Dia menilai, permasalahan ini tidak hanya berdampak pada efisiensi logistik nasional, tetapi juga memberikan kerugian signifikan bagi para sopir truk, perusahaan logistik, serta perekonomian secara umum.
"Sopir truk harus menghadapi waktu tunggu yang lama, risiko kelelahan, peningkatan biaya operasional, hingga tekanan psikologis akibat target pengiriman yang sulit dicapai," katanya.
Selain itu, kata Ilham, akibat kebijakan ini, sopir truk juga harus merasakan dampak yakni biaya logistik meningkat, kerugian finansial, risiko keselamatan yang lebih tinggi, ketidakpastian pekerjaan, premanisme, kelelahan fisik dan mental, hingga hilangnya waktu luang bersama keluarga.
"Kami menuntut agar membatalkan kebijakan Gate Pass Pelabuhan, hinggga pelayanan bongkar-muat tidak boleh lebih dari satu jam," tandas Ilham.
![Sejumlah kendaraan terjebak macet di Jalan Yos Sudarso menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/3/2025). [ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/rwa]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/04/18/15694-macet-tanjung-priok-macet-jakarta.jpg)
Kondisi ini membuat Gubernur Pramono Anung geram sekaligus resah."Peristiwa yang terjadi di Tanjung Priok ini sungguh membuat saya resah. Untuk itu secara khusus saya ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya," ujar Pramono dengan nada menyesal di Balai Kota Jakarta, Sabtu (19/4/2025).
Menurut dia macet horor ini mengindikasikan adanya "ketidakprofesionalan" dalam pengelolaan terminal, yang berujung pada kekacauan lalu lintas yang tak terhindarkan.
"Ini menunjukkan bahwa ketidakprofesionalan pengelola yang ada di Tanjung Priok. Untuk itu saya sudah meminta kepada Kepala Dinas Perhubungan untuk memberikan teguran sekeras-kerasnya," tegas Pramono dengan nada geram.
Baca Juga: Bongkar Muat 'Overdosis' Bikin Macet Horor, Pramono Geram: Pelindo Tidak Profesional!
"Kemacetan ini enggak boleh terjadi kembali. Dan Pelindo secara terbuka sudah meminta maaf baik kepada pemerintah Jakarta yang terkena akses dari hal tersebut maupun kepada masyarakat." tambahnya.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Regional 2 PT Pelindo, Drajat Sulistyo, berusaha menjelaskan akar masalah kemacetan yang terjadi sejak Rabu (16/4/2025) malam hingga Jumat (18/4/2025) pagi. Menurutnya, keterlambatan kedatangan tiga kapal asing menjadi pemicu utama lonjakan aktivitas bongkar muat di NPCT 1.
"NPCT 1 ini kedatangan kapal yang seharusnya sudah datang satu minggu lalu. Tiga kapal ini, yang dua seharusnya datang minggu lalu, satunya lagi harusnya datang 24 jam sebelumnya," jelas Drajat di Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Utama Tanjung Priok, Jumat (18/4/2025).
![Sejumlah kendaraan teriebak macet di Jalan Yos Sudarso menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/3/2025). [ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/rwa]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/04/18/92042-macet-tanjung-priok-macet-jakarta.jpg)
Drajat menjelaskan bahwa keterlambatan kapal di pelabuhan sebelumnya berdampak domino pada kedatangan kapal di Tanjung Priok. "Ini seperti pesawat delay, satu bandara akan menyebabkan delay di bandara lain. Ini sama, pelabuhan sebelumnya delay, ya selanjutnya akan delay," ujarnya.
Namun, Pelindo tampaknya "kecolongan" dalam mengantisipasi dampak keterlambatan kapal terhadap volume bongkar muat. Ditambah lagi, perusahaan berusaha mengejar waktu sebelum libur panjang yang dimulai pada Jumat (18/4/2025) hingga Minggu (20/4/2025), sehingga terjadi lonjakan order bongkar muat hingga mencapai 4.200 kontainer.
"Itu secara bersama-sama sehingga terminal kami akhirnya dapat order kurang lebih 4.200 kontainer yang harus dirilis. Yang tadinya seharusnya 2.500, kemampuannya dirilis 4.200," ungkap Drajat.