Jembatan yang dibangun oleh PT Hutama Karya (Persero) pada tahun 1982 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 2 Agustus 1986 ini memiliki panjang 400 meter, lebar 10 meter, dan tinggi lima meter, dengan biaya pembangunan mencapai Rp7,2 miliar pada masanya.
Desain ikoniknya yang terinspirasi arsitektur Belanda dengan konstruksi baja serta dua jalur pejalan kaki di sisinya menjadikannya bukan hanya infrastruktur transportasi, tetapi juga bagian dari sejarah dan identitas Kota Samarinda.
Menyusul insiden tabrakan ke-22 pada Februari 2025, Jembatan Mahakam I sempat ditutup sementara pada 28 Februari 2025 untuk dilakukan investigasi menyeluruh guna memastikan keamanan struktural jembatan. Rekayasa lalu lintas pun diberlakukan dengan mengubah Jembatan Mahakam IV menjadi jalur dua arah untuk mengantisipasi gangguan transportasi.
Pada Maret 2025, tim dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) bersama Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur juga telah melakukan uji ketahanan struktur jembatan.
Meskipun hasil sementara menunjukkan bahwa struktur utama jembatan masih aman untuk dilintasi, kerusakan yang terus berulang pada fender menjadi perhatian serius yang memerlukan solusi permanen agar insiden serupa tidak terus terjadi dan mengancam keberlangsungan fungsi jembatan sebagai jalur utama penghubung di Samarinda. Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat.