IHSG Terus Melesat Tembus Level 6.898 Hari Ini, Berikut Saham Pendorongnya

Achmad Fauzi Suara.Com
Selasa, 06 Mei 2025 | 16:38 WIB
IHSG Terus Melesat Tembus Level 6.898 Hari Ini, Berikut Saham Pendorongnya
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terus terapresiasi dengan masih betah di zona hijau hingga akhir perdagangan Selasa, 6 Mei 2025.

Mengutip data RTI Business, IHSG menguat ke level 6.898 atau naik 66,244 poin, secara presentase naik 0,97 persen.

Pada perdagangan hari ini, sebanyak 23,18 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp16,70 triliun, serta frekuensi sebanyak 1,24 juta kali.

Dalam perdagangan hari ini, sebanyak 333 saham bergerak naik, sedangkan 268 saham mengalami penurunan, dan 205 saham tidak mengalami pergerakan.

Di perdagangan hari ini, beberapa saham yang mengalami kenaikan sebagai penggerak IHSG diantaranya, OPMS, JATI, ,KRYA, SOLA, MPOW, CUAN, PMMP, BCAP, ANTM, ARCI.

Sementara, saham-saham yang alami jeblok pada perdagangan hari ini diantaranya, NINE, DGWG, BINO, PACK, NICL, LPKR, CARE, HEAL, PPRI, CGAS, GPRA, PYFA.

Meleset dari Proyeksi

IHSG) diprediksi masih berpotensi mengalami tekanan dalam jangka pendek. Walaupun, sentimen global memberikan harapan bagi investor.

Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan menilai, bahwa pola teknikal dan kondisi pasar saat ini mengindikasikan adanya potensi koreksi setelah penguatan sebelumnya.

Baca Juga: IHSG Terus Perkasa di Pembukaan Pedagangan Hari Ini, Simak Saham Pendorongnya

Pada perdagangan Senin, 5 Meil 2025, IHSG ditutup menguat 0,24 persen ke level 6.832. Namun demikian, Valdy mencatat bahwa penguatan tersebut belum cukup untuk menutup gap di level 6.870.

"IHSG gagal tutup gap di 6.870 pada penutupan Senin (5/5). Bersamaan dengan pergerakan tersebut, terbentuk pola inverted hammer. Dengan kondisi overbought pada Stochastic RSI, sebaiknya tetap waspadai potensi pullback ke kisaran 6.770-6.800 dalam jangka pendek," ujarnya dalam riset harianya, Selasa (6/5/2025).

Kinerja IHSG kemarin dinilai cukup mengesankan, mengingat realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year), lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 4,91 persen dan juga di bawah capaian kuartal sebelumnya yang berada di angka 5,02 persen.

Namun menurut Valdy, pelambatan pertumbuhan ekonomi ini sejatinya telah diantisipasi pasar.

"Perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2025 relatif sudah diantisipasi pasar dengan berbagai isu seperti perlambatan konsumsi, penghematan anggaran Pemerintah dan pelemahan Rupiah. Investor nampaknya telah mengantisipasi kondisi ini bersamaan dengan pelemahan signifikan IHSG di awal April 2025," imbuh dia.

Sementara itu, dari sisi eksternal, Valdy menilai bahwa harapan pasar kini tertuju pada perkembangan negosiasi dagang global, terutama antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kabar bahwa kelompok produsen alas kaki di AS meminta Presiden Donald Trump untuk membebaskan produk alas kaki dari beban tarif menjadi sentimen positif bagi Indonesia.

“Hal ini dapat menguntungkan Indonesia, mengingat salah satu komoditas ekspor utama Indonesia ke AS adalah produk alas kaki,” ujarnya.

Di sisi global, indeks-indeks utama di Wall Street mengalami penurunan setelah reli penguatan terhenti pada awal pekan.

Valdy menjelaskan bahwa pelaku pasar masih mencermati arah kebijakan perdagangan global, terutama sikap Presiden Trump yang menyatakan belum ada rencana konkret untuk melanjutkan negosiasi dagang dengan Tiongkok.

Pernyataan ini sedikit kontras dengan kabar sebelumnya bahwa Tiongkok sedang mengevaluasi kemungkinan pembukaan dialog dagang.

Seorang pengunjung mengambil gambar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.]
Seorang pengunjung mengambil gambar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.]

Investor global juga menunggu hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang dijadwalkan berlangsung pada 7 Mei. Konsensus pasar memperkirakan bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,5 persen.

"Perubahan kebijakan nampaknya baru dapat dilakukan jika ada kepastian kebijakan tarif perdagangan antara AS dengan China," kata Valdy.

Di Eropa, pasar saham ditutup bervariasi seiring dengan kecenderungan investor untuk bersikap “wait and see” menjelang rilis kebijakan moneter dari sejumlah bank sentral di kawasan tersebut, termasuk Bank of England, Norges Bank, dan Sveriges Riksbank.

Adapun meningkatnya ketidakpastian global turut mendorong naiknya imbal hasil obligasi AS (U.S. 10-year Bond Yield) menjadi 4,349 persen. Harga emas juga mencatatkan penguatan 0,49 persen ke level USD3.337,6 per troy ounce.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada dan mencermati peluang dalam saham-saham sektoral yang potensial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI