Bahkan, bursa seperti Bybit secara terbuka menyebut Pi sebagai proyek yang "mencurigakan" dan berkomitmen untuk tidak mendaftarkannya.
Tingkat sentralisasi juga menjadi sorotan, mengingat lebih dari 35 miliar token dari total 100 miliar berada di tangan pihak internal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kontrol harga dan distribusi yang tidak merata.
Namun, seiring membaiknya sentimen dan upaya pengembang dalam memenuhi proses Know Your Business (KYB) di bursa besar, harapan pencatatan di bursa tingkat atas tetap terbuka.
Secara teknikal, Pi Coin menunjukkan tanda-tanda pergerakan signifikan. Setelah berada dalam fase konsolidasi selama beberapa pekan, grafik harga menunjukkan pola akumulasi dalam kerangka Teori Wyckoff.
Fase ini ditandai dengan pergerakan harga menyamping dan volume rendah, yang biasanya menjadi awal dari fase markup atau lonjakan harga parabola yang didorong oleh Fear of Missing Out (FOMO).
Pola falling wedge (baji jatuh) juga terlihat pada grafik Pi Coin, dua garis tren menurun dan konvergen, yang secara historis mengindikasikan potensi penembusan bullish saat garis-garis tersebut bertemu.
Ditambah lagi, indikator Bollinger Bands menunjukkan penyempitan signifikan sejak awal tahun, yang menandakan potensi tekanan harga dalam waktu dekat.
Dengan segala katalis ini, para analis memperkirakan bahwa Pi Coin berpeluang menembus level USD1 dalam beberapa pekan mendatang, level yang sekaligus menjadi target psikologis utama setelah penurunan panjang sejak Februari.
Baca Juga: Meski Harga Turun, Pi Network Masuk Deretan Aset Kripto dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar