IHSG Akhirnya Kembali Tembus Level 7.000 di Perdagangan Kamis Pagi

Achmad Fauzi Suara.Com
Kamis, 15 Mei 2025 | 09:15 WIB
IHSG Akhirnya Kembali Tembus Level 7.000 di Perdagangan Kamis Pagi
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3).

Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terus melanjutkan reli penguatan di perdagangan Kamis, 15 Mei 2025 pagi. IHSG dibuka tembus level 7.003

Mengutip data RTI Business, pada pukul 09.05 WIB, IHSG masih melonjak naik ke level 7.024 atau naik 44,93 poin, secara presentase naik 0,64 persen.

Pada perdagangan pada waktu itui, sebanyak 2,06 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp1,25 triliun, serta frekuensi sebanyak 99.070 kali.

Dalam perdagangan di waktu tersebut, sebanyak 264 saham bergerak naik, sedangkan 136 saham mengalami penurunan, dan 196 saham tidak mengalami pergerakan.

Adapun, beberapa saham yang mendorong penguatan IHSG hari ini diantaranya, FITT, AKSI, SOFA, NICL, MLPL, PYFA, CUAN, ENRG, OPMS, BUMI, RATU, RAJA, ISAT, ARTO.

Sementara saham-saham yang mengalami penurunan tajam di perdagangan hari ini diantaranya, DKHH, SKRN, FIRE, HAJJ, MPOW, SIDO, KBLV, ULTJ, TGUK, TFAS, NEST, DEWA, PTPS.

Proyeksi Hari Ini

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren penguatan pada perdagangan Kamis, 15 Mei 2025. Hal ini seiring dengan menguatnya sentimen pasar baik dari dalam maupun luar negeri.

Pada perdagangan Rabu, 14 Mei 2025, IHSG ditutup menguat signifikan sebesar 2,15 persen ke level 6.979, didorong oleh optimisme terhadap perkembangan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, serta rilis data retail sales domestik bulan Maret yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,5 persen secara tahunan (YoY), naik dari 2,0 persen YoY pada bulan sebelumnya.

Baca Juga: IHSG Masih Terus Nyaman Bergerak di Zona Hijau Hingga Menuju Level 7.000

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim menjelaskan, bahwa dari sisi teknikal, penguatan IHSG didukung oleh pelebaran positive slope pada indikator MACD serta indikator Stochastic RSI yang berpotensi membentuk pola Golden Cross di area pivot.

"Secara teknikal, penguatan IHSG berpotensi berlanjut untuk menguji resistance psikologis di level 7.000 pada perdagangan Kamis (15/5)," ujar Ratna dalam riset hariannya yang dikutip, Kamis (15/5/2025).

Ia menambahkan, level pivot IHSG berada di 6.950, dengan support di 6.900 dan resistance di 7.000.

"Dengan mempertimbangkan posisi teknikal dan dukungan sentimen pasar yang cukup kuat, kami memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang 6.900–7.000 pada perdagangan hari ini," imbuh dia.

Dari sisi eksternal, indeks utama di bursa Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (14/5). Saham-saham sektor teknologi kembali mencatatkan kenaikan, dipimpin oleh Nvidia dan AMD.

Kinerja positif saham semikonduktor ini dipicu oleh sinyal kuat permintaan chip yang berkelanjutan, khususnya setelah Nvidia dan AMD mencapai kesepakatan pasokan chip dengan Humain, sebuah perusahaan berbasis di Arab Saudi. Sentimen ini memperkuat optimisme investor terhadap keberlanjutan sektor teknologi.

Di sisi lain, investor juga tetap mencermati berbagai perkembangan kebijakan perdagangan global yang berpotensi memengaruhi arah pasar dalam waktu dekat.

Sementara itu, mayoritas indeks saham di bursa Eropa ditutup melemah pada perdagangan yang sama. Beberapa faktor memengaruhi pergerakan tersebut, di antaranya adalah kinerja saham perusahaan asal Inggris, Burberry, yang menguat signifikan setelah mengumumkan langkah efisiensi melalui pemotongan biaya dan rencana pemulihan strategis.

Namun, penurunan tajam saham Alstom, produsen kereta api asal Prancis, setelah merilis laporan keuangan yang mengecewakan, turut menekan indeks. Sentimen global juga dipengaruhi oleh perjalanan Presiden AS Donald Trump ke kawasan Timur Tengah, yang turut menjadi perhatian pelaku pasar.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik sebesar 3,7 basis poin ke level 4,536 persen. Kenaikan yield ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap data ekonomi AS yang akan dirilis, termasuk data penjualan ritel dan inflasi produsen (PPI) bulan April.

Harga emas mengalami pelemahan yang cukup dalam hingga berada di kisaran USD3.188 per troy ounce. Pelemahan ini dipicu oleh meredanya tensi perang dagang global yang membuat investor mengurangi kepemilikan aset safe haven seperti emas.

Selain itu, harga minyak mentah dunia juga mencatatkan penurunan setelah laporan pemerintah AS menunjukkan adanya peningkatan persediaan minyak mentah, memicu kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan di pasar global.

Pasar saat ini menantikan rilis sejumlah data ekonomi penting yang akan memengaruhi arah pasar dalam jangka pendek. Data inflasi produsen (PPI) bulan April 2025 di AS yang dijadwalkan rilis Kamis (15/5), diperkirakan mencatatkan kenaikan sebesar 0,2 pers secara bulanan (MoM), setelah sebelumnya terkontraksi 0,4% MoM pada bulan Maret 2025.

Data ini akan menjadi indikator penting untuk mengukur laju pemulihan sektor produksi dan manufaktur di AS.

Selain itu, data penjualan ritel AS bulan April 2025 diproyeksikan stagnan, menjadi perhatian utama karena mencerminkan daya beli konsumen AS yang masih belum menunjukkan peningkatan signifikan.

Dari kawasan Eropa, pelaku pasar turut mencermati rilis data pertumbuhan ekonomi (GDP Growth Rate Preliminary) kuartal I-2025 di Inggris yang diperkirakan tumbuh sebesar 1,2 persen secara tahunan (YoY), sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan 1,5 persen YoY pada kuartal IV-2024.

Perlambatan ini bisa berdampak pada keputusan kebijakan moneter Bank of England ke depan.

Di sisi domestik, pelaku pasar menantikan rilis data neraca perdagangan Indonesia bulan April 2025, yang diperkirakan mencatatkan surplus sebesar USD2,5 miliar, menurun dari USD4,33 miliar di bulan Maret 2025. Penurunan surplus ini diprediksi terjadi karena pertumbuhan nilai impor yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor sepanjang April.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI