"Pabrik-pabrik akan dapat memulai kembali operasi dan tidak akan ada PHK massal, yang akan membantu menjaga stabilitas sosial," tambahnya.
Namun Tiongkok masih menghadapi tarif AS yang menantang sebesar 30% di atas bea yang sudah berlaku. "Sulit untuk berbisnis pada tarif 30%, tambah penasihat tersebut. Seiring waktu, tarif tersebut akan menjadi beban bagi pembangunan ekonomi Tiongkok," katanya.
Sebelum pertemuan di Swiss, Beijing semakin khawatir tentang sinyal internal bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok sedang berjuang untuk menghindari kebangkrutan. Termasuk dalam industri padat karya seperti furnitur dan mainan.