Suara.com - Inggris mengalami banyak serangan hacker pada industri perbankan. Tentunya kejadian ini membuat bos salah satu bank terbesar di Inggris begadang akibat ancaman siber yang dilakukan. CEO HSBC UK Ian Stuart mengatakan keamanan siber menjadi agenda utama" bagi kelompok perbankannya, dan menangani kerentanan IT perlu dilakukan secepatnya.
"Saya khawatir ,kami dapat diserang dan kami terus-menerus diserang,"katanya seperti dilansir dari BBC, Rabu (21/5/2025).
Stuart dan bos bank lainnya telah berbicara kepada Komite Perbendaharaan DPR yang telah mengambil bukti tentang berbagai masalah yang memengaruhi industri perbankan. Termasuk seberapa rentannya industri tersebut terhadap pemadaman dan serangan siber.
Pada bulan Maret, terungkap bahwa sembilan bank besar dan lembaga keuangan yang beroperasi di Inggris telah mengalami gangguan. Sedikit 803 jam - atau setara dengan 33 hari membuat perbankan di Inggris harus melakukan pencegahan agar data nasabah tidak bobol.
"Serangan siber meningkat baik dalam jumlah maupun tingkat keparahannya," katanya. Penjahat memonetisasi serangan dengan lebih efisien dan kita sekarang berada pada titik di mana sangat penting kapan bukan kapan bisnis akan mengalami serangan,"bebernya.
Mekanisme pertahanan Stuart mengatakan bahwa kelompok perbankannya menghabiskan ratusan juta pound untuk meningkatkan sistem TI-nya. "Saya pikir jumlah uang yang akan diinvestasikan bank - kita semua - ke dalam sistem kita sangat besar. Mekanisme pertahanan yang Anda terapkan benar-benar penting," katanya.
Ia mengatakan mereka memproses 1.000 pembayaran per detik sambil melakukan 8.000 perubahan dan pembaruan TI setiap minggu. Hal ini untuk menjaga keuangan nasabah agar tidak hilang. Sementara itu, Prof Oli Buckley, pakar keamanan siber di Universita Loughborough, mengatakan serangan siber terhadap lembaga keuangan "tanpa henti dan semakin canggih".
"Ian Stuart benar dalam menyoroti keamanan siber sebagai perhatian utama bagi sektor perbankan, tetapi kejadian terkini dalam sektor ritel telah menjadi pengingat yang jelas bahwa hal itu dapat memengaruhi setiap sektor," bebernha.
"Hal ini bukan hanya melindungi data pelanggan, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan dalam seluruh sistem keuangan. Pelanggaran tidak hanya membahayakan akun individu; hal itu dapat memengaruhi pasar, reputasi, kepercayaan publik, dan seterusnya," tambahnya.
Baca Juga: Program Warisan Cara Industri Asuransi Hadapi Tarif Trump dan PHK
Sedangkan, beberapa perbankan besar Inggris seperti Barclays, Lloyds, Nationwide, Santander, NatWest, Danske Bank, Bank of Ireland, dan Allied Irish Bank juga telah memberikan informasi kepada komite untuk melindungi data nasabah dari serangan hacker. Hal ini disebabkan 158 sistem IT perbankan tersebut ternyata diretas pada Januari 2023 hingga Februari tahun ini.
Vim Maru, CEO Barclays, menyampaikan kepada MPS tentang gangguan Barclays yang terjadi pada hari gajian bulan Januari bagi banyak orang. Masalah IT yang serius memengaruhi perbankan online selama beberapa hari. Serta membuat beberapa orang tidak dapat pindah rumah - dan dapat mengakibatkan bank menghadapi pembayaran kompensasi sebesar 12,5 juta poundsterling.
Dia pun meminta maaf kepada nasabah, dengan mengatakan bahwa menyesal terjadi gangguan. " Saya meminta maaf atas ganggun ini," katanya.
Setelah insiden Barclays pada bulan Januari, sekitar 1,2 juta orang di Inggris kemudian terdampak oleh gangguan perbankan lebih lanjut pada bulan Februari. Masalah tersebut terjadi di Lloyds, TSB, Nationwide, dan HSBC. Apalagi, persyaratan baru muncul akibat kekhawatiran bahwa sektor keuangan semakin bergantung pada pihak ketiga yang penting.
Sehingga tahun lalu pemerintah memberikan lebih banyak kewenangan kepada FCA, Bank of England, dan Prudential Regulation Authority. Ketergantungan pada vendor pihak ketiga merupakan isu utama yang disoroti dalam sebuah studi dari Dana Moneter Internasional (IMF) awal tahun ini, yang memperingatkan bahwa penjahat dunia maya semakin menargetkan vendor sebagai sarana untuk menciptakan kekacauan di hilir.