Timboel mengingatkan bahwa dampak PHK tidak hanya terbatas pada perusahaan dan pekerja, tetapi juga berdampak luas terhadap perekonomian nasional. Terlebih saat ini, konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 52% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
PHK massal berpotensi menurunkan daya beli masyarakat karena kehilangan pendapatan, yang pada akhirnya akan berdampak pada turunnya investasi.
"Kalau ada PHK, masyarakat tidak memiliki uang lagi untuk belanja, dan konsumsi masyarakat menurun. Hal itu juga membuat kontribusi ke investasi berkurang, karena daya beli melemah, karena barang yang diproduksi tidak laku," imbuh Timboel.
Selain itu, meningkatnya jumlah pengangguran akibat PHK juga berpotensi menimbulkan kerawanan sosial. Ia menilai Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat, di mana isu PHK menjadi indikator penting dalam stabilitas ekonomi dan sosial.
"Tingkat pengangguran terbuka menjadi isu yang sangat sensitif, itu adalah warning bagi perekonomian di sana," tutup dia.