
Para pelaku pasar saat ini tengah bersiap untuk keputusan kebijakan suku bunga Fed. Ketua Fed Jerome Powell dan jajaran gubernur bank sentral telah memulai “rapat tertutup” dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan tetap tidak berubah.
Selain itu, pembuat kebijakan juga akan memperbarui proyeksi ekonomi mereka untuk memberikan arah kebijakan moneter menjelang paruh kedua tahun 2025.
Win Thin, Kepala Strategi Pasar Global di BBH, menyampaikan pandangannya mengenai arah kebijakan Fed.
"Kami melihat beberapa risiko pergeseran ke arah hawkish dalam Dot Plots, karena hanya diperlukan dua pejabat untuk berpindah dari dua pemangkasan menjadi satu untuk mendapatkan pergerakan serupa dalam Dot 2025," kata dia.
Secara teknikal, tren kenaikan harga emas masih dianggap utuh. Pergerakan harga tetap konstruktif dengan serangkaian kenaikan tertinggi dan kenaikan terendah yang berkelanjutan. Momentum juga masih positif, sebagaimana tercermin dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang tetap berada di wilayah bullish.
Dalam jangka pendek, resistensi pertama hatga emas dunia berada di level USD 3.400, disusul oleh USD 3.450, dan rekor tertinggi USD 3.500. Sebaliknya, jika harga emas gagal bertahan di atas USD 3.400, potensi koreksi akan berlanjut hingga level USD 3.350.
Level support berikutnya adalah Simple Moving Average (SMA) 50 hari di USD 3.293 dan level tertinggi 3 April yang kini berubah menjadi support di USD 3.167.
Dengan latar belakang kompleks antara kekuatan teknikal, tekanan makroekonomi, dan ketegangan geopolitik, pergerakan harga emas ke depan akan sangat ditentukan oleh arah kebijakan moneter Fed dan dinamika konflik di Timur Tengah.
Baca Juga: Harga Emas Antam Jatuh Hari Ini, Dibanderol Rp 1.950.000 per Gram