Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan kondisi perbankan masih tetap sehat. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, pertumbuhan kinerja perbankan tumbuh 8,43 persen dengan likuiditas yang masih aman.
Namun, persentase itu memang turun dibandingkan periode sebelumnya 9,88 persen. Sedangkan, kredit korporasi tumbuh 11,92 persen, lalu kredit UMKM tumbuh 2,17 persen.
"Perkembangan perbankan saat ini Mei 2025 kredit tumbuh 8,43 persen diharapkan akhir tahun tetap mencapai target di 2025 antar 9 sampai 11 persen. Sedangkan dana pihak ketiga bahwa pertumbuhannya sampai Mei 4,29 persen," katanya di Gedung DPR, Kamis (4/7/2025).
Jika dilihat secara sektoral maka sektor pertambangan, transportasi dan rumah tangga adalah tiga yang tertinggi. Sekalipun untuk pertambangan terlihat pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan pada periode tahun-tahun sebelumnya.
Lanjutnya, untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat hingga Mei 2025 adalah 88,16 persen.
"Loan to deposit ratio 88,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan angka tinggi diimbangi dengan likuiditas memadai. Disisi lain permodalan car terjaga 25,1 persen disertai npl growth 22,9 persen dan nol 0,89 persen," katanya.
Tidak hanya itu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami guncangan pada triwulan pertama tahun ini. Namun, kondisi pasar saham Indonesia mulai menunjukan perbaikan.
Menurutnya, secara menyeluruh, perkembangan kinerja pasar modal pada triwulan I yang menunjukan guncangan tinggi dapat membaik pada triwulan II.
"Kami menjelaskan bagaimana di satu sisi sektor jasa keuangan menjaga ketahanan dan stabilitas yang baik. di lain sisi bisa mencapai kinerja yang cukup baik. Secara menyeluruh di pasar modal di triwulan pertama mengalami guncangan tinggi di triwulan kedua perkembangan yang stabil," katanya.
Baca Juga: OJK Restui Indokripto Koin Semesta IPO
Lanjutnya, di pasar obligasi menunjukkan penguatan dan ditutup dengan pertumbuhan sebesar 5,43 persen.
Sedangkan, kinerja penawaran umum di pasar modal hingga akhir Juni 2025 penggalangan dana di pasar modal atau fund rising mencapai Rp 142,6 triliun. Capaian tersebut bagian dari target tahun ini yang sebesar Rp 200 triliun.
"Pasar obligasi menunjukkan penguatan 5,43 persen pertumbuhannya. Kinerja penawaran umum, sampai akhir bulan Juni telah hasilkan fund 142,6 triliun yang merupakan bagian target Rp 200 triliun," jelasnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menilai bahwa ketidakpastian ekonomi global bakal berlanjut di 2026. Hal itu akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi global akan masih turun. Dia juga meramal Amerika Serikat juga akan mengalami resesi pada tahun 2026.
"Para tahun 2026 pertumbuhan ekonomi global stagnan di sekitar 3 persen. Di negara-negara mitra dagang utama pertumbuhan ekonomi akan menurun. Pertumbuhan ekonomi Amerika diperkirakan 2,1 persen pada tahun ini jadi 1,8 persen di 2026 bahkan risiko resesi,"bebernya.
Kata dia, penyebab ekonomi dunia melambat dikarenakan tarif yang ditetapkan oleh Amerika Serikat. Selain itu geopolitik yang masih memanas di Timur Tengah.