- Riset Bank Mandiri menunjukkan tabungan di bawah Rp 100 juta terus tergerus.
- Ada indikasi para nasabah dengan tabungan di bawah Rp 100 juta kehilangan penghasilan.
- Penjelasan lainnya, para nasabah memindahkan uang mereka ke instrumen investasi lain seperti emas.
Suara.com - Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menilai ada dua faktor yang membuat pertumbuhan simpanan nasabah pada tier terkecil yakni di bawah nominal Rp100 juta mengalami penurunan.
Salah satunya adalah pergeseran mengenai penghasilan dari masyarakat yang berkurang. Hal itu membuat simpanan tabungannya menurun.
"Ada dua poin yang pertama bisa terjadi karena penerimaan yang turun dan income yang turun. Apakah pergeseran penerimaan atau tidak memiliki pekerjaan," katanya dalam paparan economic outlook dalam video virtual, Kamis (28/8/2025).
Kata dia, penerimaan dan bisnis melandai menjadi salah satu jumlah simpanan tabungan menurun. Namun, dia menilai bahwa penurunan jumlah simpanan bank tidak akan berlangsung lama karena adanya pergeseran investasi yang bisa membuat tabungan menjadi melonjak.
"Tapi di sisi lain kelompok mendekati 100 juta tendesinya adanya semacam alokasi ke instrumen yang lain di luar tabungan. Misalnya ke instrumen emas atau properti. Kita lihat instrumen emas secara signifikan naik dua tahun terakhir," kata Andry.
Pergeseran investasi emas ini nantinya tabungan simpanan nasabah akan melonjak bahkan di atas Rp100 juta. Apalagi dengan program subisudi upah dari pemerintah membuat simpanan tabungan meningkat.
"Di riset kita, notenya kami melihat data tabungan bulan Juni menurun di indeks tabungan 77 poin. Namun di bulan Juli mulai mengalami kenaikan dan satu satu jadi catatan, karena pemerintah memberikan stimulus subsidi upah," jelasnya.
Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memandang, pertumbuhan simpanan nasabah pada tier terkecil yakni di bawah nominal Rp100 juta mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan meskipun masih berada di bawah 5 persen.
Pada Juli 2025, simpanan di bawah Rp100 juta tercatat tumbuh 4,76 persen secara year on year (yoy). Adapun pada Mei 2025, simpanan pada tier ini tumbuh melambat yakni hanya sebesar 3,75 persen (yoy). Sejauh ini, pertumbuhan tertinggi tercatat pada Maret 2025, yaitu 6,79 persen.
Baca Juga: Tabungan Dikuras untuk Hidup Sehari-hari, Orang Indonesia Semakin Miskin?
“Sebetulnya kalau dibandingkan awal tahun, yang di bawah Rp100 juta sudah ada tanda-tanda perbaikan. Di April (tumbuh) 4,29 persen, Mei 3,75 persen, Juni 4,89 persen, dan Juli 4,76. Walaupun masih di bawah 5, tapi kelihatannya sudah ada tanda-tanda perbaikan yang di bawah 100 juta,” terang Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Di sisi lain, simpanan pada tier tertinggi tumbuh lebih kencang dibandingkan tier bawah lainnya. Simpanan di atas Rp5 miliar tumbuh 9,45 persen (yoy) pada Juli 2025, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,21 persen (yoy).
Mencermati perkembangan tersebut, Purbaya mengatakan bahwa pertumbuhan yang lebih kencang pada tier di atas Rp5 miliar kemungkinan besar ditopang oleh penyimpanan dana oleh perusahaan-perusahaan yang tengah bersiap untuk mengekspansi bisnisnya.
“Ini indikasi bahwa mereka masih mengumpulkan uangnya di sana untuk siap-siap ekspansi nanti. Belum ekspansi penuh, tapi tidak lama lagi kalau keadaan membaik, mungkin mereka akan mulai ekspansi bisnisnya lagi,” tandasnya.