Inflasi Tembus 0,18 Persen, Bank Indonesia : Kenaikan Harga Emas Jadi Biang Kerok

Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:41 WIB
Inflasi Tembus 0,18 Persen, Bank Indonesia : Kenaikan Harga Emas Jadi Biang Kerok
Ilustrasi emas (Pexels/Michael Steinberg)
Baca 10 detik
  • Inflasi September 2025 tercatat 0,21% (mtm), didorong kenaikan harga emas dan biaya kuliah.

  • Inflasi kelompok volatile food naik 0,52% (mtm) karena pasokan terbatas dan biaya produksi meningkat.

  • BI optimis inflasi tetap terkendali di kisaran sasaran 2,5±1% tahun 2025-2026

Suara.com - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan beberapa barang yang menyumbang inflasi pada bulan September.

Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK September 2025 tercatat inflasi sebesar 0,21 persen (mtm), sehingga secara tahunan IHK mengalami inflasi sebesar 2,65 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Komunikasi BI Ramdan Denny mengatakan, kelompok inti mengalami inflasi sebesar 0,18 persen (mtm), lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 0,06 persen (mtm).

Hal ini disumbang oleh biaya kuliah hingga emas perhiasan.

"Realisasi inflasi inti pada September 2025 disumbang terutama oleh komoditas emas perhiasan dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Kata dia, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas emas global serta faktor musiman dimulainya tahun ajaran baru pendidikan akademi/perguruan tinggi, di tengah ekspektasi inflasi yang tetap terjaga.

Ilustrasi emas  (Unsplash)
Ilustrasi emas (Unsplash)

"Secara tahunan, inflasi inti September 2025 tercatat sebesar 2,19 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,17 persen (yoy)," ujarnya.

Sementara itu, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,52 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,61 persen (mtm).

Inflasi kelompok volatile food disumbang antara lain oleh komoditas aneka cabai dan daging ayam ras, seiring dengan pasokan yang terbatas akibat berakhirnya masa panen dan peningkatan biaya input produksi.

Baca Juga: Neraca Dagang Surplus Terus Selama 64 Bulan, Bank Indonesia : Ekonomi Indonesia Makin Kuat

Secara tahunan, kelompok volatile foodmengalami inflasi sebesar 6,44 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 4,47 persen (yoy).

Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah.

Lalu, Kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,06 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,08 persen (mtm).

Inflasi kelompok administered prices terutama disumbang oleh komoditas sigaret kretek mesin dan tangan seiring dengan berlanjutnya kenaikan harga jual eceran rokok.

Secara tahunan, kelompok administered prices tercatat inflasi sebesar 1,10 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,00 persen (yoy).

Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2025 dan 2026.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI