Orang Kaya Ingin Parkir Supercar di Ruang Tamu, Tapi Kelas Menengah Mati-matian Bayar Cicilan Rumah

Sabtu, 13 Desember 2025 | 19:44 WIB
Orang Kaya Ingin Parkir Supercar di Ruang Tamu, Tapi Kelas Menengah Mati-matian Bayar Cicilan Rumah
Ilustrasi. Jutaan kelas menengah dan bawah berjuang mati-matian hanya untuk mempertahankan rumah mereka dari sitaan bank. Foto ist.
Baca 10 detik
  • Orang kaya Jakarta & Asia Tenggara buru penthouse mewah dengan fasilitas parkir supercar pribadi.

  • Kesenjangan ekonomi parah: Kelas menengah tercekik utang cicilan rumah akibat krisis dan AI. 

  • Di Thailand hingga Jakarta, kekayaan elite terkonsentrasi, pendorong harga properti mewah melonjak.

Suara.com - Lanskap properti di Asia Tenggara kini menjadi saksi bisu dari kesenjangan ekonomi yang semakin ekstrim.

Di satu sisi, segelintir konglomerat dan jutawan baru memburu hunian supermewah dengan fasilitas yang tak lazim, sementara di sisi lain, jutaan kelas menengah dan bawah berjuang mati-matian hanya untuk mempertahankan rumah mereka dari sitaan bank.

Daniel Ho, konsultan properti mewah, melayani klien yang mencari yang terbaik di kelasnya: griya tawang (penthouse) berdinding kaca di kawasan elit seperti Jakarta, Bangkok, dan Manila, lengkap dengan tempat parkir bertingkat tinggi yang terhubung langsung ke ruang tamu bagi koleksi supercar mereka. Kliennya bersedia membayar harga fantastis untuk kemewahan bermerek.

Manajer Aset Charoen Kijvekin di Thailand menghadapi realitas yang menyayat hati. Kliennya adalah warga negara yang terlilit utang, berusaha merebut kembali rumah mereka yang terpaksa dilelang akibat kehilangan pekerjaan atau krisis keluarga.

“Sebagian besar pelanggan saya kehilangan pekerjaan. Jika mereka tidak mampu membayar cicilan, bank akan menyita rumah mereka," kata Charoen dikutip South China Morning Post, Sabtu (13/12/2025).

Charoen, saat ini menjalankan model bisnis membeli rumah sitaan lalu menjualnya kembali dengan pinjaman bunga rendah untuk membantu pemilik aslinya.

Asia Tenggara memang dikenal sebagai kawasan dengan kondisi ekonomi paling timpang. Di Thailand, 10% orang terkaya menguasai lebih dari 70% total kekayaan. Di Filipina, kekayaan 50 keluarga terkaya hampir setara dengan seperlima dari total PDB nasional.

Kondisi kelas menengah semakin sulit tahun ini, tertekan oleh perlambatan ekonomi akibat tarif AS, persaingan harga dari China, dan ancaman kecerdasan buatan (AI) yang menggerus pekerjaan stabil. Utang bulanan terus bertambah, menjebak mereka dalam lingkaran kerentanan.

Sebaliknya, di puncak piramida, kekayaan justru berlipat ganda. Laporan Kekayaan 2025 dari Knight Frank mencatat lebih dari 850.000 orang di Asia-Pasifik memiliki kekayaan bersih minimal US$10 juta (sekitar Rp116 miliar) tahun lalu.

Baca Juga: 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda

Peningkatan kekayaan ini memicu pembangunan properti ultra-mewah. Di Manila, ‘super penthouse’ dijual di atas US$7 juta. Properti mewah di Filipina seperti Aurelia Residences menduduki peringkat kedua dunia untuk pertumbuhan harga properti mewah pada 2024.

Tren hunian bermerek (seperti Raffles atau Mandarin Oriental) yang dilengkapi pelayan dan koki pribadi semakin pesat, dengan Thailand memimpin tren ini.

Meskipun Malaysia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih longgar (diproyeksikan 5% tahun ini), data Kepailitan Malaysia menunjukkan hampir 28.500 orang dinyatakan bangkrut sejak 2021, di mana hampir 2.350 kasus disebabkan oleh pinjaman perumahan.

Data dan realitas lapangan ini menunjukkan adanya dua kutub ekonomi yang ekstrem: segelintir elit menikmati kemewahan yang tak terbayangkan, sementara mayoritas populasi berjuang melawan beban utang agar tidak kehilangan aset yang mereka impikan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI