- Presiden Trump dari AS secara terbuka mengancam Presiden Maduro Venezuela, dan menyandera kapal minyak Venezuela.
- Venezuela membantah tuduhan dan menganggap tindakan AS sebagai upaya penguasaan cadangan minyak negara.
- Rusia dan China menunjukkan dukungan kuat kepada Caracas, mendorong sidang darurat Dewan Keamanan PBB mengenai agresi AS.
Suara.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara terbuka melontarkan ancaman tajam terhadap Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
Dalam sebuah pernyataan yang mempertegas sikap konfrontatif Washington, Trump menyebut bahwa mundurnya pimpinan sosialis tersebut adalah langkah yang paling masuk akal untuk saat ini.
Ketegangan ini tidak hanya sekadar perang urat syaraf, tetapi telah merambah pada tindakan militer dan penyitaan aset strategis di perairan internasional.
Langkah AS ini memicu reaksi keras dari kekuatan global lainnya, yakni Rusia dan China, yang kini berdiri di belakang Caracas untuk menantang dominasi kebijakan unilateral Washington.
Berbicara dari resor pribadinya, Mar-a-Lago di Florida, Presiden Donald Trump yang didampingi oleh dua sosok kunci kabinetnya—Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth—mengisyaratkan bahwa masa kepemimpinan Maduro di ujung tanduk.
Trump menekankan bahwa AS telah menyiapkan tekanan yang lebih besar jika Maduro tetap bersikukuh mempertahankan kekuasaannya.
Ketika para jurnalis mempertanyakan apakah target akhir dari manuver ini adalah penggulingan kekuasaan, Trump memberikan jawaban yang penuh teka-teki namun intimidatif.
“Yah, saya pikir mungkin begitu… Itu terserah dia apa yang ingin dia lakukan. Saya pikir akan bijaksana baginya untuk melakukan itu. Tapi sekali lagi, kita akan mengetahuinya,” ujar Trump.
Ia menambahkan dengan nada yang lebih keras, “Jika dia ingin melakukan sesuatu, jika dia bermain keras, itu akan menjadi terakhir kalinya dia bisa bermain keras.”
Baca Juga: Pernyataaan Trump Tekan Harga Minyak Dunia
Pernyataan ini muncul di tengah operasi besar-besaran Penjaga Pantai AS yang sedang mengejar kapal tanker minyak ketiga dalam kurun waktu 48 jam.
Kapal tersebut diidentifikasi sebagai bagian dari "armada gelap" ( dark fleet) yang selama ini digunakan Venezuela untuk menembus sanksi ekonomi AS.
Donald Trump tidak hanya mengincar posisi politik Maduro, tetapi juga komoditas paling berharga di Venezuela: minyak. Hingga saat ini, Penjaga Pantai AS dilaporkan mengklaim hampir 4 juta barel minyak mentah Venezuela beserta kapal-kapalnya.
Trump dengan percaya diri menyatakan akan terus memburu kapal-kapal lain yang mencoba melanggar blokade tersebut.
"Kapal itu bergerak maju, dan kita akan menangkapnya," tegas Trump. Mengenai nasib jutaan barel minyak yang telah dikuasai AS, Trump mengisyaratkan beberapa kemungkinan penggunaan yang semuanya merugikan Caracas.
"Mungkin kita akan menjualnya. Mungkin kita akan menyimpannya. Mungkin kita akan menggunakannya dalam cadangan strategis," papar dia. "Kita akan menyimpannya. Kita juga akan menyimpan kapal-kapal itu."