- Presiden Trump dari AS secara terbuka mengancam Presiden Maduro Venezuela, dan menyandera kapal minyak Venezuela.
- Venezuela membantah tuduhan dan menganggap tindakan AS sebagai upaya penguasaan cadangan minyak negara.
- Rusia dan China menunjukkan dukungan kuat kepada Caracas, mendorong sidang darurat Dewan Keamanan PBB mengenai agresi AS.
Di sisi lain, Trump melalui akun Truth Social miliknya telah menetapkan pemerintahan Maduro sebagai "organisasi teroris asing".
Ia mengklaim bahwa Venezuela saat ini "sepenuhnya dikepung oleh armada terbesar yang dihimpun dalam sejarah Amerika Selatan". Langkah drastis ini bertujuan untuk memaksa Venezuela mengembalikan semua aset yang menurut AS telah dicuri.
Menanggapi intimidasi dari Washington, Nicolas Maduro tidak tinggal diam. Melalui pidato resmi di televisi publik, ia membalas dengan menyindir kondisi domestik Amerika Serikat yang dianggapnya sedang tidak baik-baik saja secara ekonomi maupun sosial.
Maduro menilai Trump sedang melakukan pengalihan isu dengan mencampuri urusan kedaulatan negara lain.
“Ia akan lebih baik berada di negaranya sendiri dalam hal ekonomi dan sosial, dan ia akan lebih baik di dunia jika ia mengurus urusan negaranya,” ungkap Maduro.
Venezuela dengan tegas membantah tuduhan keterlibatan dalam perdagangan narkoba yang menjadi dalih AS melakukan operasi militer di Karibia dan Pasifik.
Menurut perwakilan Venezuela, tuduhan tersebut hanyalah kedok bagi Washington untuk menguasai cadangan minyak terbesar di dunia yang dimiliki Venezuela.
Eskalasi ini dengan cepat menarik perhatian Moskow dan Beijing. China secara terang-terangan memberikan dukungan kepada Venezuela yang meminta digelarnya sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas aktivitas militer AS yang dianggap mengancam stabilitas kawasan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan keberatan negaranya terhadap gaya kepemimpinan AS yang bersifat intimidasi.
Baca Juga: Pernyataaan Trump Tekan Harga Minyak Dunia
"China mendukung permintaan Venezuela untuk mengadakan sidang darurat Dewan Keamanan PBB," kata Guo Jiakun, via Sputnik.
Ia juga menambahkan, "China menentang semua tindakan unilateralisme dan intimidasi, dan mendukung negara-negara dalam membela kedaulatan dan martabat nasional mereka."
Dukungan serupa datang dari Rusia. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menyampaikan keprihatinan mendalam atas operasi militer AS di wilayah Karibia.
Moskow khawatir tindakan AS dapat merusak keamanan pelayaran internasional. Dalam komunikasinya dengan Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil, Lavrov "menegaskan kembali dukungan penuh dan solidaritasnya kepada kepemimpinan dan rakyat Venezuela dalam konteks saat ini."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi juga menegaskan posisi strategis negaranya sebagai mitra yang dapat diandalkan bagi Caracas.
"China menentang semua bentuk unilateralisme dan intimidasi dan mendukung semua negara dalam membela kedaulatan dan martabat nasional mereka. Venezuela berhak untuk secara independen mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara lain," tegas Wang Yi.