- Bencana Sumatera 2025 diprediksi CORE Indonesia mengoreksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar -0,02 persen akibat lumpuhnya aktivitas signifikan.
- Dana pemulihan infrastruktur fisik diperkirakan mencapai Rp77,4 triliun, jauh melampaui biaya pencegahan tahunan yang minim.
- CORE mendesak penetapan status bencana nasional agar membuka akses pendanaan tambahan untuk pemulihan wilayah terdampak.
Lebih dari itu, sekitar 63 persen daerah terdampak memiliki kapasitas fiskal rendah hingga sangat rendah, sehingga pembiayaan mandiri hampir mustahil dilakukan, bahkan dengan refocusing anggaran secara maksimal.
![Sejumlah personel Brimob membangun sumur bor untuk kebutuhan air bersih di Aceh Tamiang, setelah banjir melanda. [dokumentasi Polri]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/12/18/28365-membangun-sumur-bor-di-aceh.jpg)
Di sisi lain, keterbatasan ruang fiskal APBD dan APBN dinilai tidak cukup untuk menopang pembiayaan rehabilitasi secara menyeluruh.
Peningkatan status menjadi bencana nasional dinilai krusial untuk membuka akses pendanaan tambahan, termasuk bantuan internasional, guna mempercepat pemulihan ekonomi kawasan Sumatera.
Secara sektoral, CORE juga memperkirakan koreksi akan terjadi pada hampir seluruh sektor unggulan di tiga provinsi terdampak.
Output sektor perkebunan dan industri kelapa sawit di Aceh diproyeksikan turun -0,08 persen, di Sumatera Barat -0,09 persen, dan di Sumatera Utara sekitar -0,01 persen.
Sektor konstruksi menjadi yang paling terpukul, dengan potensi kontraksi mencapai -2 persen di Aceh, -1,3 persen di Sumatera Barat, dan -0,8 persen di Sumatera Utara.
Sektor lain seperti transportasi, jasa keuangan, dan komunikasi juga diperkirakan mengalami pelemahan signifikan.
Bagi CORE, rangkaian dampak ini menegaskan satu kesimpulan penting: pertumbuhan ekonomi tanpa fondasi keberlanjutan hanya akan menghasilkan “PDB semu.”
Tanpa reformasi struktural dalam tata kelola kehutanan, pengelolaan ekonomi ekstraktif, dan kebijakan lingkungan, pertumbuhan tinggi hanya bersifat jangka pendek.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Didorong Pertumbuhan Ekonomi AS dan Kekhawatiran Risiko Pasokan
Ketika bencana datang, biaya pemulihan yang harus ditanggung justru melonjak berkali lipat dan beban terberat kembali jatuh pada masyarakat yang paling rentan secara ekonomi.