Kualitas Sepak Bola Putri Surabaya Meningkat di MLSC 2025, Bintang Muda Bersinar

Sisa pertandingan berjalan sengit, namun Kalirungkut tetap tampil dominan.

Agnia tampil gemilang dengan mencetak hattrick, termasuk gol cantik dari tendangan bebas di babak kedua.

Torehan itu juga mengantarkannya menyabet gelar Best Player KU 10.

“Kerja keras dan latihan kami terbayar di babak final ini karena akhirnya bisa bawa piala juara KU 10. Pertandingannya capek tapi seru karena belum pernah melawan tim SDN Ngagel Rejo I/396 jadi deg-degan gimana bermain dengan mereka,” ujar Agnia.

Tahun ini, MLSC Surabaya Seri 1 mencatat 1.662 peserta dari 79 SD/MI, terbagi menjadi 88 tim KU 12 dan 64 tim KU 10. Jumlah ini meningkat dibanding seri-seri sebelumnya.

Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Yusuf Masruh, menilai turnamen ini bukan sekadar ajang kompetisi, tapi juga wadah pengembangan karakter dan bakat siswi.

“Ini apresiasi untuk para siswi Surabaya dan semoga dapat terus berlanjut karena MilkLife Soccer Challenge juga salah satu cara untuk membangun talenta siswi. Harapannya dari hari ini mereka bisa bercerita pengalaman mereka mengikuti turnamen sehingga dapat dicontoh dan berimbas pada sekolah lain,” kata Yusuf.

Peningkatan Kualitas: Scouting Hingga Liga Berjenjang

Pelatih MLSC Surabaya, Sai Dong, menyebut kualitas teknis dan mental para pemain semakin berkembang. Bahkan, ada 21 nama baru yang lolos seleksi untuk program MilkLife Extra Training.

“Selain antusiasme, kemampuan peserta juga menunjukkan progres yang sangat baik karena kemungkinan besar banyak yang sudah bergabung dengan SSB. Saya rasa MilkLife Soccer Challenge memiliki dampak yang sangat kuat dalam ekosistem sepak bola putri Indonesia,” ujarnya.

Program Manager MLSC, Edi Supriyanto, juga memastikan pembinaan akan berlanjut ke level lebih tinggi melalui rencana peluncuran HYDROPLUS Soccer League U-14 di Surabaya.

“Semangat para putri di Surabaya sangat membara untuk berlaga di MilkLife Soccer Challenge. Kami berharap hal tersebut bisa menular di kota-kota lain sehingga ekosistem sepak bola putri terus berputar,” kata Edi.