Suara.com - Nama Mamie Hardo ramai diperbincangkan terkait riasan paes Luna Maya di hari pernikahannya.
Paes Luna Maya dinilai tidak sesuai dengan pakem yang ditetapkan apabila memang menggunakan Paes Ageng khas Yogyakarta.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) "Melati" Yogyakarta bahkan sampai memberikan pernyataan.
Mereka menilai paes Luna Maya tidak sesuai pakem sehingga meminta konfirmasi dari Mamie Hardo selaku perias.
Padahal Mamie Hardo dikenal sebagai perias pengantin Jawa yang berpengalaman selama lebih dari 40 tahun loh!
Sederet figur publik pun mempercayakan penampilannya kepada Mamie Hardo, diantaranya Luna Maya, Putri Tanjung, Aurel Hermansyah, Maudy Ayunda, hingga Chelsea Islan.
Yuk kenalan dengan sang perias pengantin legendaris melalui profil Mamie Hardo berikut ini.
1. Biodata

Mamie Hardo yang dikenal sebagai Perias Pengantin dan Pakar Pernikahan Jawa lahir pada 16 Oktober 1948, asli keturunan Jawa Solo (ibu) dan Jogja (ayah).
Baca Juga: Nagita Slavina Disebut Dapat Rumah di Surga Karena Jodohkan Luna Maya, Ada Hadisnya?
Hal itu diketahui dari postingan sang putri, Mira Hardo, saat Mamie Hardo merayakan ulang tahun ke-76 pada 2024 lalu.
Mamie Hardo juga memiliki dua putri lagi yang bernama Mita Hardo dan Mida Hardo.
Mira mengikuti jejak sang ibunda jadi MUA, sementara Mita dan Mida tampak sibuk sebagai ibu rumah tangga.
Suami Mamie Hardo adalah seorang Perwira TNI Angkatan Laut, tetapi identitasnya belum diketahui pasti.
Menikah muda tidak membuat Mamie Hardo putus sekolah. Selain pelatihan tata rias, Mamie Hardo sempat melanjutkan kuliah.
Mamie Hardo lulus dari Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, jurusan Pendidikan Tata Rias dan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, saat membangun karier sebagai perias pengantin.
2. Perjalanan Karier

Mengutip konten di channel YouTube weddingkutv, Mamie Hardo telah menjadi perias pengantin sejak 1983 di usia 30-an.
Di tahun 2025, Mamie Hardo telah memasuki tahun ke-42 kariernya sebagai perias pengantin.
Awalnya Mamie Hardo membuka salon sekitar tahun 1972. Mamie Hardo terjun ke dunia rias pengantin karena menyadari persaingan akan semakin ketat.
Seiring dengan pertambahan usia, Mamie Hardo merasa saingannya yang lebih muda dan pintar akan semakin banyak.
Di dunia rias pengantin, khususnya Jawa, Mamie Hardo juga menemukan ketenangan.
Berkomunikasi dengan pengantin dan keluarganya membuat wawasan Mamie Hardo tentang kehidupan pun semakin luas.
Hal-hal tentang kehidupan yang dipelajari Mamie Hardo tersebut kemudian digunakan untuk mendidik anak-anaknya.
Menurut Mamie Hardo, yang terpenting dalam merias pengantin adalah kesabaran, keikhlasan, dan dukungan keluarga.
3. Kontroversi Paes

Riasan paes Luna Maya masih menjadi perbincangan masyarakat terkait dugaan tidak sesuai pakem.
Paes Luna Maya kemungkinan Paes Yogya Putri karena tidak diberi taburan emas atau prada serta riasan alisnya bukan alis menjangan ranggah.
Namun Luna Maya mengenakan sanggul Yogya Paes Ageng sehingga membingungkan masyarakat.
DPD HARPI "Melati" Yogyakarta pun menilai paes Luna Maya kurang sesuai pakem sehingga meminta Mamie Hardo memberikan konfirmasi.
Sayangnya Mamie Hardo belum memberikan pernyataan apa pun tentang paes Luna Maya hingga berita ini ditulis.
Dalam sebuah wawancara tahun 2018, Mamie Hardo sebenarnya sempat membicarakan modifikasi untuk riasan dan busana pengantin tradisional.
Beberapa hal yang tidak boleh dimodifikasi menurut Mamie Hardo, misalnya kebaya dodot Solo harus berwarna hijau.
Mamie Hardo juga membicarakan paes yang tidak boleh dimodifikasi karena melambangkan ciri khas daerah asal masing-masing.
Di sisi lain, dalam kesemapatan berbeda, Mamie Hardo mengaku tidak pernah mau memaksakan seorang pengantin mengenakan paes.
Biasanya yang menginginkan paes adalah orangtua pengantin, sedangkan anak-anak muda ingin konsep Internasional dalam pernikahannya.
Kendati begitu, banyak yang luluh setelah bertemu dan diberikan penjelasan oleh Mamie Hardo untuk mengenakan paes.
Itu dia sekilas profil Mamie Hardo perias paes Luna Maya. Bagaimana pendapatmu?
Kontributor : Neressa Prahastiwi