"Ini film yang benar-benar horor buat aku. Rasanya beda dari semua peran yang pernah aku mainkan sebelumnya," ucapnya.
Selain Aghniny Haque dan Bastian, Selepas Tahlil juga menjadi proyek yang spesial bagi Epy Kusnandar.
Film Selepas Tahlil menjadi ajang pembuktian bahwa Epy Kusnandar bukan sekadar aktor dengan satu genre, melainkan seniman peran yang siap mengeksplorasi sisi gelap dan serius dari dunia akting.
Dalam film Selepas Tahlil, Epy Kusnandar memerankan sosok Hadi, seorang ayah dari dua anak yang meninggal dunia di awal cerita.
Namun, kematian Hadi bukanlah akhir dari kisahnya. Justru dari sanalah cerita dimulai.
Tubuh Hadi yang sudah tidak bernyawa perlahan bangkit dan berjalan kembali ke kampung halamannya, sebuah daerah yang disebut-sebut menyimpan kutukan misterius.

Menghidupkan karakter Hadi bukan perkara mudah bagi Epy Kusnandar.
Aktor 61 tahun itu mengaku, awalnya merasa cukup percaya diri dengan peran tersebut. Namun kenyataan di lapangan, membuatnya berpikir ulang.
"Sebenarnya saya menyesal menerima peran sebagai pak Hadi di sini karena cukup tantangan berat," ujar Epy Kusnandar saat ditemui di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat pada 23 Mei 2025.
Baca Juga: Sinopsis Elio, Ceritakan Petualangan Anak Bumi di Luar Angkasa
Bayangan Epy Kusnandar tentang perannya sebagai jenazah semula dianggap enteng.
Epy mengira hanya akan tampil sebentar di awal cerita, lalu berperan sebagai mayat tanpa banyak aksi.
![Epy Kusnandar, Bastian Steel dan beberapa pemain Selepas Tahlil saat konferensi pers di Cilandak, Jakarta Selatan pada Jumat, 21 Mei 2025 [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/25/98855-pemain-film-selepas-tahlil.jpg)
Namun ekspektasi itu jauh dari kenyataan yang dihadapi Epy Kusnandar di lokasi syuting.
"Akhirnya untung ada workshop fisik saya diharuskan kurus kering jadi pak Hadi karena jadi jenazah yang berjalan," tutur Epy Kusnandar.
Untuk bisa tampil meyakinkan sebagai jasad hidup, Epy Kusnandar harus menjalani latihan fisik intensif demi menurunkan berat badannya. Ia harus menciptakan tampilan tubuh yang terlihat seperti mayat.
Bukan hanya itu, Epy Kusnandar juga dituntut untuk menguasai teknik bernapas yang tepat, mengingat adegan-adegannya banyak melibatkan sorotan kamera jarak dekat.