Suara.com - Film A Business Proposal yang dibintangi oleh Abidzar Al-Ghifari dan Ariel Tatum berhasil memuncaki daftar Top 10 film Netflix Indonesia hanya dalam waktu tiga hari setelah dirilis.
Film ini resmi masuk katalog layanan streaming Netflix Indonesia pada Kamis, 12 Juni 2025, dan langsung melesat ke posisi teratas.
Adaptasi dari serial Korea berjudul sama, A Business Proposal sempat menjadi sorotan bahkan sebelum perilisannya di bioskop pada 6 Februari 2025 lalu.
![Film A Business Proposal versi Indonesia dan Korea. [imdb]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/08/30243-film-a-business-proposal.jpg)
Namun bukan hanya karena alur ceritanya yang menarik, film ini juga ramai dibicarakan lantaran kontroversi yang menyertai sang pemeran utama, Abidzar Al-Ghifari.
Dalam sebuah wawancara menjelang peluncuran film, Abidzar sempat menyampaikan bahwa ia tidak menonton serial Business Proposal versi orisinal dari Korea maupun membaca Webtoon yang menjadi dasar cerita.
Ia mengaku ingin menciptakan karakter versinya sendiri tanpa terpengaruh referensi yang sudah ada.
Pernyataan itu langsung menuai protes keras dari para penggemar drama Korea (drakor) di Indonesia.
Mereka menilai pernyataan Abidzar sebagai bentuk ketidakhormatan terhadap materi asli, terlebih karena film ini memang secara eksplisit diadaptasi dari serial populer yang sudah memiliki basis penggemar kuat.
Kritik terhadap Abidzar semakin memanas setelah ia melontarkan komentar lain yang menyebut para penggemar drakor sebagai fanatik dan bahkan rasial.
Baca Juga: Sebagai Bentuk Menjaga Ibu, Abidzar Al Ghifari Dampingi Umi Pipik Lapor Polisi
Ungkapan tersebut dianggap menyinggung, dan banyak yang akhirnya menyerukan aksi boikot terhadap film yang disutradarai oleh Rako Prijanto itu.
Dampaknya cukup signifikan. Film yang seharusnya memiliki potensi besar di pasar Indonesia itu terpaksa turun layar dari beberapa bioskop hanya dalam beberapa hari penayangan.
Banyak yang menilai kontroversi seputar pernyataan Abidzar turut berkontribusi besar terhadap performa buruk film tersebut di layar lebar.
Namun menariknya, situasi berubah drastis setelah A Business Proposal tersedia di Netflix.
Dalam waktu singkat, film ini justru menuai banyak pujian dari penonton. Akun Instagram resmi Netflix Indonesia pun dibanjiri komentar positif terkait akting dan alur cerita film tersebut.
![Film A Business Proposal. [Instagram/@falconpictures_]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/12/26/19511-film-a-business-proposal.jpg)
Bahkan, nama Abidzar Al-Ghifari yang sebelumnya menjadi sasaran kritik kini justru dipuji banyak warganet.
“Terlepas gimana dulu respon dia tentang versi Koreanya, tapi aku akuin film ini lucu dan bikin ketawa. Aktingnya juga oke,” tulis salah satu pengguna Instagram.
“Abidzarnya malah bagus. Jujur yang bikin cringe itu malah Ardito,” komentar warganet lainnya yang tampak mengapresiasi performa sang aktor.
“Terlepas dari kontroversinya, film ini memang bagus. Harus gua akui,” ujar penonton lainnya.
Beberapa netizen bahkan menyayangkan bahwa mereka sempat ikut arus boikot dan melewatkan kesempatan menonton film ini di bioskop.
Setelah menyaksikan di Netflix, banyak yang merasa menyesal karena ternyata kualitas film cukup baik dan menghibur.
“Aku nonton ini dan ternyata bagus, sayang banget kemarin salah satu pemainnya blunder, padahal seru loh,” tulis seorang pengguna.
Komentar lain bahkan menyentil fenomena netizen yang semula lantang menyerukan boikot, namun akhirnya tetap menonton juga.
![Ariel Tatum bersama para pemain A Business Proposal di kawasan Wijaya, Jakarta, Senin (13/1/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/13/78240-ariel-tatum-bersama-para-pemain-a-business-proposal.jpg)
“Masuk top 10 nggak di Netflix? Kalau iya, yang menghujat seperti jilat ludah sendiri dong. Maki-maki tapi tetap aja penasaran nonton,” tulis warganet.
Saat ini, A Business Proposal terus bertahan di puncak daftar Top 10 Netflix Indonesia dan diperkirakan akan terus menarik perhatian publik.
Banyak yang memprediksi film ini bisa membuka diskusi baru soal peran aktor dalam menghidupkan adaptasi, serta bagaimana kontroversi tak selalu jadi akhir dari sebuah karya.