Kisah Jurnalis Indonesia Ditawan Hizbullah, Ungkap Kisah Menegangkan di Lebanon

Minggu, 29 Juni 2025 | 18:39 WIB
Kisah Jurnalis Indonesia Ditawan Hizbullah, Ungkap Kisah Menegangkan di Lebanon
Faisal Assegaf [YouTube/ dr. Richard Lee, MARS]

"Saya udah bilang mau ke sana. Jadi, saya kirim paspor, bukti ID. Saya sampai sana itu 23 September tahun lalu," lanjut Faisal.

Saat hendak membeli oleh-oleh di Dahiya, sebuah distrik di selatan Beirut yang merupakan basis kuat Hizbullah, Faisal mencoba merekam suasana jalanan dengan ponselnya setelah bertanya pada staf lokal KBRI yang mendampinginya.

Di momen itu lah, Faisal diberhentikan oleh salah satu anggota Hizbullah hingga akhirnya ditangkap.

Faisal Assegaf [YouTube/ dr. Richard Lee, MARS]
Faisal Assegaf [YouTube/ dr. Richard Lee, MARS]

"Sebenernya nggak ada masalah. Cuma ketika saya mau beli oleh-oleh, di Dahiya. Ketika saya nyebrang jalan, saya nanya sama staf lokal dari KBRI yang nemenin saya. 'Ini saya boleh rekam kan?'. Saya baru rekam jalanan, nggak ke kanan kiri, di detik ke-16 saya diberhentiin sama anggota Hizbullah. Akhirnya mobil dipinggirin, langsung dikerubungin, ditangkap," papar Faisal.

Setelah ditangkap, Faisal Assegaf langsung menghadapi interogasi penuh tekanan, dengan tuduhan sebagai mata-mata Israel.

"Ya saya diintimidasi. Dibilang zionis, spy segala macem. Tiga jam saya diinterogasi, termasuk yang sejam itu di kantor intelijen," kenangnya.

Richard Lee lantas bertanya mengenai bentuk intimidasi yang diterimanya.

"Diintimidasi itu dipukulin nggak?" tanya Richard Lee.

"Nggak, cuma salah satu anggota Hizbullah naruh kepalannya di sini (tulang rahang). 'You will die', kata dia," jawab Faisal sambil menunjuk bagian rahangnya.

Baca Juga: Ayatollah Ali Khamenei Diancam Bakal Dibunuh Israel, Dubes Iran: Dia Bukan Pihak yang Memulai Perang

Proses interogasi tak berhenti di tangan Hizbullah. Intelijen militer Lebanon kemudian datang dan mengambil alih.

"Setelah sejam, tiba-tiba dateng intelijen militer Lebanon. Diinterogasi lagi, sejam. Ngisi biodata, ngapain ke sini, nama istri, nama saudara kandung, banyak lah yang ditanya," jelas Faisal.

Puncak dari penahanan itu adalah saat ia dijebloskan ke sel khusus teroris.

"Akhirnya, saya ditaruh di penjara khusus teroris di bawah tanah, di Kementerian Pertahanan Lebanon," kata Faisal.

Untungnya, penangkapan buah dari miskomunikasi antara elite Hizbullah yang Faisal kenal dengan para personel di lapangan tidak berbuntut panjang. Ia cuma ditahan 29 jam, sebelum akhirnya dibebaskan.

"Yang nangkep saya orang lapangan. Saya kan hubungannya sama yang pejabat-pejabatnya. Jadi nggak nyambung," ujar Faisal.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI