Bakal Tamat? Tudingan 3 Korban Wanita Jadi Pukulan Telak Bagi Karier DJ Panda

Tasmalinda Suara.Com
Selasa, 22 Juli 2025 | 21:58 WIB
Bakal Tamat? Tudingan 3 Korban Wanita Jadi Pukulan Telak Bagi Karier DJ Panda
DJ Panda

Suara.com - Sebuah karier yang dibangun bertahun-tahun di atas panggung gemerlap, kini runtuh dalam hitungan hari di pengadilan media sosial yang tak kenal ampun.

Apa yang menimpa DJ Panda bukan lagi sekadar skandal atau badai sesaat namun ini adalah sebuah obituari karier yang ditulis dengan tinta digital yang tak akan pernah kering.

Kejatuhannya berlangsung dalam tiga babak yang cepat dan brutal, dimulai dari sebuah guncangan, dilanjutkan dengan sebuah blunder, dan diakhiri dengan sebuah pukulan pemungkas yang tampaknya telah mematikan semua harapan.

Semua berawal dari satu pengakuan Erika Carlina di sebuah podcast.

Dalam waktu kurang dari 48 jam, tsunami cancel culture menghantam DJ Panda dengan kekuatan penuh. Ini bukanlah sekadar hujatan netizen, melainkan sebuah vonis finansial yang nyata dan menyakitkan.

Merek-merek raksasa di industri hiburan malam—Atlas Super Club, HW Group, Angels Wing, dan puluhan lainnya—serentak mengeluarkan pengumuman resmi. Namanya dicabut, jadwalnya dibatalkan, dan panggung yang menjadi sumber kehidupannya mendadak tertutup rapat.

Ini adalah guncangan pertama. Kehilangan puluhan jadwal manggung, yang masing-masingnya bernilai puluhan juta rupiah, berarti potensi kerugian ratusan juta dalam sebulan.

Namun, lebih dari sekadar uang, ini adalah sinyal pertama dari industri bahwa citranya telah menjadi racun. Pada titik ini, kariernya terluka parah, tetapi secara teori, masih ada peluang untuk diselamatkan.

Di tengah krisis, sebuah permintaan maaf yang tulus bisa menjadi alat penyelamat. Publik memberinya panggung dan kesempatan emas untuk berbicara, untuk menunjukkan penyesalan dan mengambil tanggung jawab.

Baca Juga: Tangisan DJ Panda Minta Maaf ke Erika Carlina Dicemooh: Jangan Pura-Pura Nyedot Ingus

Namun, yang ia sajikan adalah sebuah video klarifikasi berdurasi belasan menit yang menjadi blunder terbesar dalam drama ini.

Alih-alih menunjukkan empati, video tersebut dipenuhi narasi defensif.

Frasa-frasa seperti "saya khilaf", "dapat dorongan dari luar", dan "saya juga diancam" menjadi bumerang yang menghancurkan.

Publik tidak melihat seorang pria yang menyesal, melainkan seseorang yang sibuk mencari pembenaran, mengecilkan masalah, dan melempar sebagian kesalahan.

Kesempatan untuk memadamkan api terbuang sia-sia; ia justru menyiramnya dengan bensin. Reaksi publik menjadi semakin negatif, dan pintu simpati yang tadinya sedikit terbuka, kini tertutup lebih rapat.

Jika klarifikasi yang gagal menutup pintu simpati, maka tudingan terbaru dari DJ Bravy adalah paku terakhir di peti mati kariernya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI