Suara.com - YouTuber dan pegiat edukasi, Jerome Polin meluapkan kesedihannya terkait kesejahteraan para guru dan dosen di Indonesia.
Kritik tajam ini dilontarkannya sebagai respons atas pernyataan viral dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengenai gaji tenaga pendidik.
Melalui unggahan di laman Instagram-nya, Jerome Polin tak bisa menyembunyikan rasa prihatinnya terhadap kondisi yang dianggapnya timpang ini.
"Setelah melihat statement yang viral dari Menteri Keuangan (Sri Mulyani) tentang gaji guru dan dosen, aku jadi sedih," tulis Jerome Polin pada Jumat (8/8/2025).
Menurut YouTuber 27 tahun ini, cita-cita besar bangsa untuk mencapai "Indonesia Emas" pada 2045 akan menjadi angan-angan belaka, jika sektor pendidikan tidak dijadikan prioritas utama oleh pemerintah.
"Kalau negara tidak menjadikan guru, dosen, dan perbaikan kualitas pendidikan sebagai prioritas, kita enggak bisa berharap Indonesia Emas," ujarnya.
Lulusan Waseda University ini meyakini bahwa kunci kemajuan sebuah bangsa terletak pada kualitas pendidikannya, yang ditopang oleh para tenaga pengajar yang mumpuni.
Menurutnya, faktor utama untuk menarik talenta terbaik ke profesi ini adalah gaji dan kesejahteraan.
Baca juga: Kim Kardashian Jual Face Wrap Buat Wajah Tirus, Langsung Panen Kritik
Baca Juga: Sri Mulyani Singgung soal Gaji Guru, P2G Bongkar Alokasi 'Mewah' untuk Sekolah Kedinasan Kemenkeu

"Karena aku percaya, negara yang maju adalah negara yang pendidikannya maju. Dan itu dibangun oleh tenaga pendidik yang bagus. Salah satu katalis dan faktor terpenting yang bisa mendorong kemajuan itu? Gaji dan kesejahteraan," katanya memaparkan.
Jerome Polin juga mengungkapkan hasil survei pribadinya yang menunjukkan bahwa banyak anak muda cerdas di Indonesia terpaksa mengurungkan niat menjadi guru karena bayang-bayang hidup yang tidak sejahtera.
"Sekarang, orang-orang pintar mana mau jadi guru? Aku udah sering survey, kalau bukan karena panggilan hidup atau passion, aku rasa masih banyak stigma, 'kalau bisa ya enggak jadi guru'," imbuhnya.
Jerome Polin lantas membuat perbandingan menohok dengan fenomena warga Indonesia yang memilih bekerja kasar di Australia.
Baca juga: Demi Cinta, Vincent Verhaag Tinggalkan Kewarganegaraan
Jerome mendengar banyak cerita tentang orang-orang yang rela meninggalkan karier di Tanah Air demi upah yang jauh lebih menggiurkan di Negeri Kanguru.
"Kerja kasar di Australia bisa nabung 10-20 juta per bulan," ucapnya, menyoroti bagaimana motivasi finansial bisa mengalahkan gengsi sebuah pekerjaan.
Pengamatan ini semakin menguatkan keyakinannya bahwa remunerasi yang layak adalah insentif yang sangat kuat.
Ia pun menutup kritiknya dengan sebuah pertanyaan retoris yang tajam, menyindir rendahnya penghargaan terhadap profesi guru di Indonesia.
"Siapa yang mau jadi guru kalau gajinya cuma Rp300 ribu perbulan padahal kerja full time? Kalau bukan karena pengabdian atau passion, atau terpaksa, kayaknya hampir enggak ada yang mau," tutur Jerome Polin.