Roasting Tajam Valentinus Resa untuk Film Merah Putih One for All: Sampah Visual Bikin Sakit Mata

Kamis, 14 Agustus 2025 | 20:45 WIB
Roasting Tajam Valentinus Resa untuk Film Merah Putih One for All: Sampah Visual Bikin Sakit Mata
Fakta Gaya Kritik Valentinus Resa (Instagram)

Suara.com - Presenter program Meet Nite Live Metro TV, Valentinus Resa turut memberikan kritik tajam terhadap film animasi "Merah Putih One for All" yang disebutnya sebagai "film animasi asal jadi".

Dalam monolognya yang kini viral, Resa secara sistematis membantai hampir seluruh aspek film "Merah Putih One for All", mulai dari kualitas visual, narasi, hingga klaim historisnya yang dianggap konyol.

"Kita bahas nasionalisme yang dijadikan bungkus narasi di film animasi asal jadi. 14 agustus 2025 nanti, rakyat akan disuguhkan karya agung bertajuk "Merah Putih One for All"," ujar Valentinus Resa yang membuka program Meet Nite Live Metro TV dengan nada sarkas membahas film "Merah Putih One for All", Rabu 13 Agustus 2025.

Serangan pertama, Valentinus Resa langsung mengarah pada aspek visual yang menurutnya penuh kejanggalan dan menjadikan desain poster film tersebut bahan cemoohan utama.

"Posternya pakai font ala power point anak SD presentasi lomba 17-an dengan kombinasi warna yang lama-lama kalau dilihat bisa bikin buta warna," ujarnya.

Animasi Merah Putih One For All 'Curi' Karakter dari Animator Luar Negeri. (X)
Animasi Merah Putih One For All 'Curi' Karakter dari Animator Luar Negeri. (X)

Resa bahkan mengutip istilah populer di kalangan desainer yang menyebut desain poster film animasi itu sebagai "sampah visual" karena warnanya yang tabrakan kayak seragam futsal sponsoran bengkel tambal ban..

Kualitas animasi film Merah Putih One for All ini pun tak luput dari kritik tajam dari Valentinus Resa yang dinilai dibuat memakai HP kentang.

"Karakternya sudah 3D, tapi berasa dibikin pakai HP kentang sambil dicas di warkop," ujarnya, yang langsung memicu tawa penonton.

Resa heran bagaimana karya dengan kualitas seperti itu bisa lolos dan dipaksakan sebagai medium narasi kebangsaan.

Baca Juga: Geger Pajak PBB-P2 Cirebon Naik 1000 Persen, DPRD Buka Suara

"Dibungkus grafis setara tugas animasi anak SD yang baru bisa bedain restart sama shutdown," tambahnya.

Valentinus Resa lantas beralih ke naskah film tersebut, yang menceritakan sekelompok anak merebut kembali bendera Merah Putih dari penjahat yang dianggapnya tidak masuk akal untuk latar waktu sekarang ini.

"Sekilas kedengarannya heroik, tapi kalau dipikir lagi apa masalahnya kehilangan selembar kain bendera? Ayo lah, ini ceritanya bukan perang melawan jenderal malabi, ini cerita kekiniaan tahun 2025 yang mana kalau bendera ilang bisa dibeli di mana aja," jelas Resa.

Resa menyimpulkan misi dalam film tersebut tidak memiliki urgensi yang kuat.

Pembawa Berita Metro TV, Valentinus Resa (X)
Pembawa Berita Metro TV, Valentinus Resa (X)

Menurutnya, dialog dalam film ini juga terasa dangkal dan klise, bahkan menyamakannya dengan konten viral di media sosial.

"Dialog sekelas drama China di TikTok yang selalu ada sound "tengtengteng" pas adegan ada menantu miskin keluar dari mobil," cibirnya.

"Dialognya dipenuhi slogan semu, kami kecil tapi cinta kami besar. Cocok banget sama filmnya, besar narasinya, minim hasilnya," lanjut Resa.

Kritik Resa juga menyentuh klaim bahwa film ini adalah karya animasi pertama bertema kebangsaan.

Valentinus Resa pun tegas membantahnya dengan menyebutkan judul-judul film animasi yang lebih dulu ada dan jauh lebih berkualitas.

"Konyolnya lagi, film ini diklaim sebagai film animasi karya anak Indonesia pertama yang bertema kebangsaan. Seolah-olah, karya sebelumnya gak pernah ada," katanya,sambil menyebut film Battle of Surabaya, Nussa, dan Adit Sopo Jarwo The Movie sebagai contoh karya bertema kebangsaan yang digarap lebih baik.

Ia membandingkan film "Merah Putih One for All" ini juga dengan karya sineas profesional yang lahir dari kerja keras.

"Bukan sekedar karya gorengan pakai minyak curah oplosan. Cuman bikin radang tenggorokan, mata kunang-kunang," sindirnya.

Roasting ditutup dengan sebuah pertanyaan tajam yang menyisakan tanda tanya besar, mempertanyakan bagaimana film dengan kualitas yang dikritik habis-habisan ini bisa mendapat tempat di layar lebar.

"Siapa dalangnya?" ujar Resa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI