Sayangnya, masih ditemui adanya keluarga yang justru tidak mendukung saat pasien ingin berobat ke psikiater. Stigma terhadap berobat jiwa yang menandakan seseorang 'gila' dan 'tidak waras' masih ditemui di masyarakat.
"Itulah mengapa saat ada kampanye dari WHO terkait Hari Kesehatan beberapa tahun yang lalu dengan tema Depression : Let’s Talk, saya pernah membahas, selain pasien depresinya diminta untuk mau bicara terkait keadaannya, orang yang mendengarkannya juga harus memahami apa itu depresi. Jika tidak memahami, maka kebanyakan orang akan memberikan 'premature advice', saran yang terlalu dini dan menggampangkan situasi pasien," tulis pemilik akun Twitter @Mbahndi ini.
![Ilustrasi orang tua bertengkar di depan anak. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/10/14/o_1av13083nd50ouq1ai51l7a7i7a.jpg)
Premature advice ini dikatakan dr Andri biasanya berupa saran agar pasien tidak berlebihan dalam menghadapi perasaannya, atau pasien diminta banyak-banyak bersabar. Hal ini ke depannya bisa membuat pasien enggan menjalani pengobatan, yang bisa membuat kondisi kejiwaannya memburuk.
3. Multifaktor penyebab gangguan jiwa
dr Andri menjelaskan, penyebab gangguan jiwa terdiri dari beragam faktor. Tidak seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan jiwa bisa datang karena faktor genetik, faktor psikologi, hingga faktor sosial dan lingkungan.
Pendekatan terapi gangguan jiwa harus mencakup faktor-faktor tersebut, yang tentunya berbeda-beda untuk setiap orang. Banyaknya faktor ini yang membuat pengobatan gangguan jiwa tidak mudah dan harus dijalani dengan tekun serta sepenuh hati oleh pasien.
"Satu yang perlu diingat adalah setiap orang dengan pengalaman dan faktor bawaan genetiknya akan mempunyai perbedaan dalam memandang suatu permasalahan, termasuk bagaimana cara mereka mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari," katanya lagi.

Ia pun menyebut mendengarkan tanpa menilai merupakan langkah paling tepat dalam membantu keluarga atau teman yang mengalami gangguan jiwa.
"Tidak heran walaupun sama-sama mengalami gangguan jiwa, setiap orang bisa mengalami perbedaan dalam gambaran klinis dan pendekatan terapinya nanti," tutupnya.
Baca Juga: Bongkar Kuburan Ibunya karena Kangen, Nasir Ternyata Idap Gangguan Jiwa