Jelang Hari Diabetes Sedunia, Mengapa Jumlah Pasien Terus Meningkat?

Senin, 11 November 2019 | 18:30 WIB
Jelang Hari Diabetes Sedunia, Mengapa Jumlah Pasien Terus Meningkat?
Dirjen P2P Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono, M. Kes jelaskan peningkatan prevalensi DM di Indonesia. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jelang Hari Diabetes Sedunia, Mengapa Jumlah Pasien Terus Meningkat?

Setiap 14 November diperingati sebagai hari Diabetes Sedunia, tapi nahasnya bukan semakin berkurang, jumlah angka penderita diabetes malah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan pada 2045 penderita diabetes diperediksi mencapai 629 juta jiwa.

Angka ini berdasarkan catatan International Diabetes Federation (IDF) pada 2015 yang menyebut jumlah penderita diabetes mencapai 415 juta jiwa, kemudian pada 2017 mencapai 425 juta.

Sedangkan di Indonesia berdasarkan riskesdas dari 2013 hingga 2018 prevalensi Diabetes Melitus (DM) meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen, yang artinya ada kurang 22,9 juta penduduk prevalensi DM. Ada beragam kendala mengapa angka terjadi salah satunya kondisi demografi Indonesia.

"Peningkatan prevalensi DM disebabkan antara lain karena Indonesia saat ini berada dalam masa transisi, demografi, teknologi, epidemiologi, budaya, perilaku ekonomi dan lain-lain. Hal ini Tentunya dapat menimbulkan terjadinya ledakan peningkatan kasus kasus komplikasi DM seperti gagal ginjal penyakit jantung koroner stroke dan lain-lain," ujar Dirjen P2P Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono, M. Kes di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (11/11/2019).

Peningkatan jumlah kasus DM ini diperkirakan akan membebankan negara dengan meningkatnya disabilitas, kualitas SDM, dan kematian dini yang akhirnya menghambat Indonesia untuk memperoleh bonus demografi pada 2035 mendatang.

"Untuk itu, program pencegahan dan pengendalian penyakit DM berfokus pada pencegahan faktor risiko dan penemuan kasus DM secara dini, melalui kegiatan posbindu yaitu melakukan kegiatan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular (PTM)," jelas dr. Anung.

PTM ini nantinya akan menjaring anggota masyarakat dengan faktor risiko PTM atau yang sudah dicurigai PTM, tapi sayangnya deteksi dini ini belum optimal. Jadi, sebagaimana bunyi PP No. 2 Tahun 2018, Permendagri No.100 Tahun 2018 dan Pemenkes No.4 Tahun 2019 jadi indikatos adanya standar pelayanan yang harus dilakukan daerah.

"Masyarakat yang usianya di atas 15 tahun dilakukan skrining atau deteksi dini pemeriksaan DM harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah minimal satu bulan sekali," tambah dr. Anung.

Baca Juga: Jenis Baru, Kenali Bentuk Diabetes Tipe 1,5

Sementara itu, relevansi penyakit Diabetes Melitus menurut dokter meningkat 1,2 persen menjadi 2 persen. Sedangkan pada faktor risiko seperti obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8 persen hingga 21,8 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI