
Upaya-upaya ini termasuk remdesivir, obat antivirus eksperimental dari Gilead Sciences Inc dan terapi turunan plasma dari Takeda Pharmaceutical Co. Jepang.
Dalam langkah kunci menuju pengembangan metode diagnostik, para ilmuwan Duke-NUS membantu membiakkan virus pada akhir Januari, beberapa hari setelah Singapura mengonfirmasi kasus pertamanya. Tindakan ini membuatnya menjadi negara ketiga, di luar China, yang membudidayakan virus.
Langkah pertama adalah tes untuk mendeteksi antibodi virus bahkan pada mereka yang sudah pulih, sangat penting dalam menahan penyebaran virus di Singapura, yang telah menuai pujian global.
Dari penemuan hingga perizinan, pengembangan vaksin di masa lalu bisa memakan waktu lebih dari 10 tahun, tetapi Ooi mengatakan sains sekarang dapat menawarkan respons yang jauh lebih cepat.
"Semua orang berlomba untuk menang, tetapi kami seperti sedang menulis buku pedoman di saat gim sedang dimainkan," tambahnya. [ANTARA]