5. Covid-19 Dan Kebersihan Menstruasi
Sejak wabah Covid-19 dan pembatasan wilayah, menjadi jelas bahwa pandemi memiliki dampak sekunder yang parah pada kemampuan perempuan untuk mengatur menstruasi dan kesehatan mereka.
Menurut banyak ahli dan organisasi, bagian masyarakat termiskin adalah yang paling terpengaruh dalam mengakses produk kebersihan menstruasi selama pandemi.
Namun, analisis terbaru oleh UNICEF berjudul 'Mengurangi dampak Covid-19 dan kesehatan menstruasi', menunjukkan bahwa secara global, 70 persen dari tenaga kesehatan adalah perempuan dan lebih cenderung menjadi tenaga kesehatan garis depan. Seperti perawat, bidan, dan petugas kesehatan masyarakat.
Selain berisiko terpapar Covid-19, para perempuan itu juga mengahadapi berbagai tantangan terkait menstruasi.bSesuai laporan UNICEF, tantangan itu berupa:
- Manajer fasilitas tidak menyadari atau tidak memprioritaskan kebutuhan higiene menstruasi pekerja perawatan kesehatan perempuan.
- Kurangnya materi kebersihan menstruasi untuk petugas kesehatan yang disediakan oleh sistem kesehatan.
- Memakai dan melepas APD mencegah penggantian cepat bahan kebersihan menstruasi, menyebabkan perempuan mengalami pendarahan dalam pakaian pelindung, menekan menstruasi melalui penggunaan pil kontrasepsi oral, atau berpotensi melewatkan 5 hari kerja.
- Kurangnya akses ke fasilitas kebersihan di fasilitas perawatan kesehatan, menghambat perempuan dalam mengelola kebersihan dasar termasuk kebersihan menstruasi saat bekerja.