Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pemerintah telah memiliki strategi untuk mengantisipasi makin meluasnya paparan Coronavirus Covid-19 varian delta.
Diketahui, varian tersebut telah menyebar diberbagai daerah, terutama DKI Jakarta, Kudus, dan Bangkalan.
Meski disebutkan para ahli bahwa varian delta lebih cepat menular, Menkes Budi meminta agar masyarakat tidak perlu panik saat ada lonjakan kasus positif.
"Untuk bisa mengantisipasi varian delta, penting sekali untuk kita melakukan testing yang lebih agresif. Jadi saya bilang nggak usah khawatir kalau kasus konfirmasi naik."
"Justru dengan demikian kita bisa melakukan antisipasi yang lebih baik lagi, baik disisi isolasi maupun sisi rumah sakit. Termasuk kesiapan oksigen dan lain sebagainya," papar Menkes dalam konferensi pers daring, Jumat (8/7/2021).
Tindakan antisipasi melalui testing dilakukan per Kabupaten/Kota dengan target yang telah ditentukan Kemenkes. Budi memaparkan, jika suaru daerah memiliki positivity rate di atas 25 persen maka tindakan testing harus 15 kali dari standar WHO.
Jika positivity rate 15-25 persen, maka 10 kali standar WHO. Dan jika 5-10 persen harus 5 kali standar WHO. Daerah dengan positivity rate kurang dari 5 persen, barulah cukup 1 kali standar WHO.
"Sesuai standar WHO, satu per seribu per minggu kalau positivity rate di bawah 5 persen," ucap Budi.
Untuk memastikan positivity rate tiap daerah bisa terus menurun, Kemenkes buat tiga strategi. Langkah pertama dengan memastikan CT value masuk pada sistem Kementerian Kesehatan untuk masing-masing Kabupaten/Kota.
Baca Juga: Skema Pengawasan PPKM Darurat di Medan Disiapkan
Tujuannya, agar Kemenkes bisa mengantisipasi potensi penyebaran Delta. Sebab, Budi menjelaskan bahwa salah satu ciri seseorang terinfeksi varian delta adalah memiliki angka CT rendah, di bawah 20-10 persen.