Dengan kondisi itu, para ahli percaya lonjakan infeksi baru akan jauh berkurang dibandingkan gelombang kedua.
"Jumlah orang yang rentan akan lebih sedikit sekarang, karena banyak orang telah terinfeksi atau divaksinasi," kata ahli epidemiologi dan kardiologi K. Srinath Reddy, presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India.
"Bahkan jika infeksi berulang atau infeksi baru muncul, sepertinya akan lebih ringan dan bisa dirawat di rumah. Persoalan serius dalam pelayanan kesehatan selama gelombang kedua kecil kemungkinan kecil akan terjadi."
Kerala sudah menunjukkan tanda-tanda seperti itu. Negara bagian di selatan tersebut saat ini memiliki kasus infeksi tertinggi, termasuk di kalangan penduduk yang sudah divaksin penuh atau sebagian, namun tingkat kematiannya masih di bawah rata-rata nasional.
Dengan 3,1 juta kasus, India menjadi negara kedua di dunia setelah Amerika Serikat yang melaporkan total kasus terbanyak, dengan 441.042 kematian.
Mereka telah memberikan 698,4 juta dosis vaksin. Dari 944 juta populasi dewasa, 57 persen sudah menerima sedikitnya satu dosis dan 17 persen mendapat dua dosis.
Kementerian kesehatan berencana memvaksinasi seluruh penduduk dewasa tahun ini.
Pakar epidemiologi dan kesehatan publik Chandrakant Lahariya mengatakan data dan tren tersebut menggembirakan.
"Dengan kemunculan bukti bahwa bagi orang-orang yang pernah terinfeksi, satu dosis akan memberikan tingkat antibodi lebih besar daripada mereka yang tidak pernah terinfeksi atau menerima kedua dosis vaksin, itu meyakinkan India," [ANTARA]
Baca Juga: Ritual Minta Hujan, Gadis Cilik Diarak Tanpa Busana Keliling Desa