Suara.com - Penyakit kelenjar tiroid disebabkan adanya gangguan produksi hormon tiroid dalam tubuh. Seseorang yang alami kelebihan hirmon tiroid disebut juga hipertiroid. Sedangkan, orang yang kekurangan hormon tiroid disebut hipotiroid.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes dr. Rochsismandoko, Sp. PD., menjelaskan bahwa kedua jenis penyakit tiroid itu menyebabkan gejala yang berbeda.
"Kalau hipertiroid, dia biasanya hiperaktif. Sedangkan kalau hipotiroid orangnya lamban," jelas dokter Rochsis saat diskusi media bersama Bethsaida Hospital di Jakarta beberapa waktu lalu.

Meski hiperaktif, pasien hipertiroid juga mudah lelah, emosi labil, penurunan berat badan yang drastis, hingga menyebabkan kelainan pada mata yang menyebabkan eksoptalmus atau mata melotot.
"Karena gejalanya bisa menurunkan berat badan, ada saja program diet yang nakal lakukan suntik hormon. Memang badannya kurus, tapi dampak selanjutnya juga berbahaya," ujarnya.
Sekitar 60 sampai 80 persen kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves. Hipertiroid juga lebih banyak terjadi pada perempuan dengan rentang usia 20-40 tahun.
Kondisi berbeda pada pasien hipotiroid. Dokter Rochsis menyampaikan, orang yang kekurangan hormon tiroid rentan alami gangguan metabolisme tubuh. Sehingga bisa mengalami sembelit dan pada akhirnya tubuh menggemuk.
Selain itu, detak jantung melambat, tidak tahan cuaca dingin, dan rentan depresi. Pada perempuan, hipotiroid bisa mempengaruhi siklus menstruasi jadi tidak teratur.
"Orang yang semula didiganosis hipertiroid bisa berubah menjadi hipotiroid. Kondisi itu disebabkan efek samping pengobatan hipertiroid yang tidak terkontrol, obat dikonsumsi terus," jelasnya.