Tahap selanjutnya, pasca panen. BU BINA memastikan jahe merah dipanen, dicuci, dirajang, serta dikeringkan sesuai dengan persyaratan spesifikasi tertentu seperti kandungan air tidak boleh lebih dari 10% supaya tidak ada jamur di jahe merah yang telah dipanen. Sebagai infomasi tambahan, jahe merah dari ekosistem BINA sudah diuji bebas aflatoxin.
“Lalu kita masuk ke proses ekstraksi untuk menghasilkan ekstrak, atau bisa juga dijadikan minyak jahe melalui proses distilasi. Dari situ kita perlu memastikan bahwa jahe yang kita konsumsi punya manfaat kesehatan, maka ada tahap farmakologi. Kita melakukan uji preklinis maupun uji klinis untuk memastikan jahe merah memiliki manfaat kesehatan sesuai klaim. Lalu dikemas dan bisa dikomersialisasikan,” jelas Sari.
“Harapannya, bisa diekspor ke luar negeri, sehingga tidak hanya di lokal saja yang mengetahui jahe merah tetapi di luar negeri juga mengetahui Jahe Merah, sesuai dengan strategic initiative Kalbe, yaitu Go Global,” imbuhnya.
Kini, petani mitra Bintang Toedjoe utamanya ada di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara. Sari mengungkapkan bahwa di lokasi yang tersebar itu monitoring menjadi tantangan.
“Karena yang harus dikunjungi untuk memastikan itu banyak karena ada lebih dari 1500 mitra petani utama yang platinum, yaitu petani yang sudah berpengalaman dan sudah mengirim lebih dair satu kali. Di sisi lain, kita senang karena banyak menyentuh bagianbagian dari Indonesia di mana-mana. Harapannya, dengan ekosistem ini kita bisa merangkul banyak pihak dan memberikan manfaat bagi sesama,” tutupnya.