Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengganti nama cacar monyet atau monkeypox menjadi clade. Penggantian nama virus cacar monyet tersebut memang sudah lama diusulkan WHO untuk menghindari terjadinya stigmatisasi.
Lantas apa alasan sebenarnya WHO mengganti nama cacar monyet alias monkeypox? Melansir dari laman resmi WHO, berikut fakta-fakta WHO mengganti nama cacar monyet (monkeypox) jadi clade.
1. Alasan Penggantian Nama Cacar Monyet
Rupanya banyak kritik yang muncul terkait penamaan cacar monyet atau monkeypox. Hal tersebut pun dikhawatirkan dapat membawa konotasi diskriminatif dan memicu stigmatisasi.
2. Penamaan Ulang Penyakit Cacar Monyet
Setelah berdiskusi, disepakati bahwa nama penyakit cacar monyet diubah menjadi clades. Pergantian nama cacar monyet ini merujuk pada clade Congo Basin (Afrika Tengah) sebagai Clade satu (I) dan Clade Afrika Barat sebagai Clade Dua (II).
Disepakati pula bahwa Clade II terdiri dari dua subclade. Struktur penamaan clade atau varian tersebut akan diwakili oleh angka Romawi. Sementara subclade akan diwakili dengan karakter alfanumerik huruf kecil.
3. Nama Cacar Monyet Dinilai Tak Relevan
Penggantian nama cacar monyet atau monkeypox karena adanya diskriminasi yang banyak dialami hewan monyet di beberapa negara. Diketahui virus cacar monyet ini pada awalnya dinamai seperti itu karena ditemukan pertama kali pada 1958 pada monyet yang sedang diteliti di salah satu laboratorium di Denmark.
Baca Juga: Diganti Karena Dianggap Problematik, Apa Nama Baru Cacar Monyet dari WHO?
Namun, kini nama tersebut dianggap sudah tak lagi relevan karena penularan virus tak lagi disebabkan oleh monyet.