Menkes Budi Gunadi Ungkap Bukti Manfaat Nyamuk Wolbachia: Turunkan Kematian Akibat DBD di Yogyakarta

Sabtu, 02 Desember 2023 | 11:01 WIB
Menkes Budi Gunadi Ungkap Bukti Manfaat Nyamuk Wolbachia: Turunkan Kematian Akibat DBD di Yogyakarta
Pasien demam berdarah dirawat di rumah sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kontroversi soal penolakan nyamuk Wolbachia membuat Kementerian Kesehatan angkat bicara. Dengan tegas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan keberadaan nyamuk Wolbachia mampu menurunkan kematian akibat demam berdarah dengue alias DBD.

Fakta ini disampaikan Menkes Budi, menyadur hasil penelitian Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) pada 2017 hingga 2020 menunjukkan setelah nyamuk ber-wolbachia dilepaskan, kasus dengue menurun hingga 77 persen.

“Sudah jelas sekali hasil studi AWED begitu wolbachia disebar dengue-nya turun. Jadi secara data, secara sains, secara fakta, sudah jelas. Itu sebabnya kemudian Kemenkes yakin kita terapkan ini (wolbachia),” ungkap Menkes Budi dalam keterangannya di Gedung Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu.

Program ini juga terlihat hasilnya saat nyamuk wolbachia diterapkan dan disebar ke Yogyakarta. Tak main-main, data per Juli 2023 menunjukan incidence rate demam berdarah di bawah standar WHO, yaitu 1,94 per 100 ribu penduduk. Padahal WHO menetapkan standar untuk incidence rate atau frekuensi kesakitan sebesar 10 per 100 ribu penduduk.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin hadir di Universtitas Pelita Harapan (UPH) untuk memberi kuliah umum saat UPH Fest. [Yandi Sofyan/Suara.com]
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin hadir di Universtitas Pelita Harapan (UPH) untuk memberi kuliah umum saat UPH Fest. [Yandi Sofyan/Suara.com]

”Begitu (implementasi Wolbachia) terjadi di Yogya dan kenapa kita senang karena pendekatannya ilmiah, sistematis, dan terstruktur. Bakteri wolbachia ini di nyamuk pun ada, jadi bukan sesuatu yang dibikin-bikin,” jelas Menkes Budi.

Meski di Yogyakarta turun, tapi Menkes Budi masih menemukan frekuensi kesakitan demam berdarah di Indonesia tercatat 28,45 per 100 ribu penduduk dan frekuensi kematian 0,73 per 100 ribu penduduk. Sehingga masih jauh di bawah standar WHO. Apalagi DBD didominasi oleh usia 5 hingga 14 tahun alias usia anak.

Menkes Budi menjelaskan, wolbachia adalah bakteri alami yang ada di dalam tubuh beberapa serangga seperti lalat buah, kupu-kupu, ngengat.

Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel serangga karena tidak memiliki mekanisme untuk mereplikasi dirinya sendiri tanpa bantuan serangga sebagai inangnya. Selain tidak dapat bertahan hidup di lingkungan luar sel inang, wolbachia tidak dapat berpindah ke serangga lain atau manusia, dan wolbachia bukan merupakan rekayasa genetika oleh para ilmuwan.

“Dengue di Indonesia atau demam berdarah di Indonesia meningkat terus selama mungkin 50 tahun terakhir. Jadi selama 50 tahun terakhir itu pemerintah sudah melakukan segala macam intervensi dan program mulai dari pemberian larvasida,Pemberantasan Sarang Nyamuk, melakukan 3M, membentuk Juru Pemantau Jentik(Jumantik) dan adanya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik sampai fogging,” beber pemimpin Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI itu.

Baca Juga: Fakta-Fakta Nyamuk Wolbachia: Bisa Menekan Kasus DBD

Ilustrasi Nyamuk Wolbachia (freepik)
Ilustrasi Nyamuk Wolbachia (freepik)

Bakteri wolbachia menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk aedes aegypti. Artinya, kemampuan nyamuk dengan wolbachia dalam menularkan virus ke manusia akan berkurang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI