Suara.com - Menjaga kesehatan jiwa menurut pakar harus dimulai dari unit terdekat, yakni keluarga. Dengan komunikasi dan hubungan yang baik, kesehatan jiwa anggota keluarga bisa terjaga.
Pentingnya meningkatkan keterhubungan emosional antaranggota keluarga sebagai upaya menjaga kesehatan mental menjadi fokus utama dalam diskusi Perempuan dan Kesehatan Jiwa yang diselenggarakan oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa. Dalam rangka memperingati Hari Ibu tahun 2023. Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Moeloek dan Prof. Tjhin Wiguna, sebagai narasumber utama, membahas beragam aspek terkait, mulai dari pola asuh hingga peran perempuan dalam memelihara kesehatan jiwa.

Tidak ada pola asuh standar yang dapat diterapkan secara universal, demikian disampaikan dalam diskusi tersebut. Prof. Tjhin Wiguna menegaskan bahwa edukasi adalah kunci utama dalam menjaga kesehatan mental, yang tidak dapat disamakan dengan penanganan masalah fisik.
Meskipun komunikasi digital dapat mempertahankan keterhubungan, kekurangan emosi dan perasaan dapat terjadi. Tjhin Wiguna mengajak untuk lebih sering melakukan pertemuan tatap muka, karena meskipun teknologi memungkinkan pertemuan virtual, keberadaan aspek emosional tetap krusial.
“Kita harus memperbanyak pertemuan tatap muka. Lewat zoom bisa tetap bertemu tetapi tidak ada emosional,” ujarnya kepada wartawan.
Dalam konteks pola asuh, Prof. Tjhin Wiguna menekankan bahwa tidak ada rumus baku karena dipengaruhi oleh faktor kultur, kepribadian, latar belakang pendidikan, dan nilai-nilai yang dianut. Edukasi dan psikoedukasi masyarakat dianggap perlu dilakukan secara luas dan menyeluruh.
Mantan Menteri Kesehatan Prof. Nila Moeloek menyoroti revolusi teknologi komunikasi yang membawa perubahan dalam pola asuh anak-anak. Dia mengimbau untuk mengedukasi orang tua tentang pentingnya adaptasi dalam mendidik anak, terutama dengan kemajuan teknologi. Perempuan, menurutnya, memiliki tanggung jawab berat, dan ia mendorong mereka untuk tetap meningkatkan pengetahuan, meskipun meninggalkan bangku pendidikan.
“Kadang-kadang kita harus mengalah supaya dapat mendekati anak-anak, supaya tetap bisa berkomunikasi,” ujarnya.
Pentingnya pendidikan pada anak dimulai sejak masa kehamilan hingga masa menyusui. Prof. Nila Moeloek mengingatkan bahwa kekerasan pada masa 1000 hari pertama kehidupan dapat berdampak pada kesehatan mental anak di masa mendatang. Pendidikan tanpa kekerasan dianggap sebagai upaya yang berdampak positif.
Baca Juga: Asyifa Dewi Anak Siapa? Ini Silsilah Keluarga Menantu Komjen Agus Andrianto Bukan Orang Sembarangan!
Ide Aktivitas Akhir Pekan Bersama Keluarga