Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?

Vania Rossa Suara.Com
Senin, 01 Desember 2025 | 18:36 WIB
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?
Ilustrasi bayi prematur. (Shutterstock)
Baca 10 detik
  • Indonesia menempati urutan kelima dunia dalam angka kelahiran prematur, sekitar 675.700 bayi per tahun.
  • Edukasi intensif digelar oleh Nestlé bersama NICU untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan merawat bayi prematur.
  • Asupan gizi awal, termasuk ASI dan fortifier, serta dukungan emosional orang tua sangat menentukan hasil jangka panjang.

Suara.com - Kelahiran prematur masih menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia, dan posisi Indonesia kini semakin menegaskan urgensi itu. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kelima tertinggi di dunia dengan sekitar 675.700 bayi lahir prematur setiap tahun. Angka tersebut bukan hanya statistik, melainkan gambaran nyata dari situasi darurat yang berlangsung di ruang-ruang perawatan intensif neonatal di seluruh Indonesia.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2024, 26,4% kematian bayi terjadi pada masa neonatal (0–28 hari), dan 22,5% pada masa post-neonatal (29 hari–11 bulan). Prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi penyebab utama. Fakta ini menegaskan bahwa kualitas perawatan pada hari-hari pertama kehidupan sangat menentukan masa depan seorang anak.

Force for Good: Kolaborasi untuk Perawatan Awal Kehidupan

Mengusung filosofi Force for Good, Nestlé Indonesia bersama rumah sakit dan Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU) menggelar rangkaian edukasi bagi tenaga kesehatan dalam rangka memperingati Hari Prematur Sedunia 2025. Fokusnya satu: meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan yang berada di garis depan merawat bayi lahir sebelum waktunya.

Direktur Utama RSCM, dr. Supriyanto, Sp.B, FINACS, M.Kes, menyebut kolaborasi ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat kompetensi layanan.

“Penyelenggaraan seminar nasional ini menjadi langkah berarti untuk memperkuat layanan bagi bayi-bayi prematur. Kami ingin memastikan setiap bayi prematur mendapatkan perhatian dan kesempatan terbaik untuk tumbuh dan berkembang,” ujarnya.

Ia menegaskan, kerja sama lintas pihak seperti ini adalah bentuk nyata kepedulian terhadap masa depan generasi Indonesia.

Gizi Hari Pertama: Penentu Masa Depan Bayi Prematur

Perawatan bayi prematur tidak hanya soal bertahan hidup. Ini soal kualitas tumbuh kembang jangka panjang, terutama dari sisi nutrisi.

Baca Juga: MDP Jelaskan Perannya sebagai Penegak Disiplin Tenaga Medis-Kesehatan

Ahli neonatologi RSCM, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A, Subsp. Neo., mengingatkan bahwa hari pertama kehidupan adalah periode emas bagi bayi prematur.

“Asupan gizi yang tepat sejak hari pertama sangat menentukan bagaimana bayi dapat bertahan dan berkembang,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa ASI adalah sumber nutrisi terbaik, namun bayi prematur sering membutuhkan tambahan nutrisi melalui human milk fortifier (HMFO). Jika ASI tidak tersedia, ASI donor yang telah melalui proses skrining menjadi opsi kedua. Bila tetap tidak memungkinkan, maka dapat digunakan pangan olahan medis khusus yang teruji klinis dan didukung publikasi ilmiah.

Pendekatan Holistik: Tidak Hanya Medis, tapi juga Emosional

Bayi prematur dan BBLR memerlukan dukungan menyeluruh, bukan hanya tindakan medis.

Ahli tumbuh kembang pediatri RSCM, dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, menegaskan pentingnya pendampingan keluarga:

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI