Suara.com - Bagaimana situasi di Indonesia menyongsong Pemilu Presiden 2024? Di tengah suhu politik yang memanas, kita bisa saja sejenak mengingat profil Nurhadi-Aldo, calon presiden fiktif yang diciptakan untuk mendinginkan situasi jelang Pemilihan Presiden 2019.
Sosok capres-capresan Nurhadi-Aldo kembali muncul menjelang Pemilu 2024 mulai memanas. Foto-fotonya kembali nongol di setiap postingan yang berhubungan dengan pemilu.
Siapa sosok Nurhadi-Aldo sebenarnya? Dalam artikel ini, Suara.com bakal membongkar profil Nurhadi-Aldo yang wajahnya menjadi sosok capres-cawapres guyonan.
Profil Nurhadi Aldo
Nurhadi dan Aldo direpresentasikan sebagai rakyat biasa. Nurhadi asli sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat di Kecamatan Mejobo, Kudus, Jawa Tengah.
Sementara Aldo merupakan tokoh fiktif yang tercipta berkat komunita di Facebook. Keduanya menjadi pasangan capres-cawapres fiktif dengan nomor urut 10.
Seperti kita tahu, pada 2019 lalu capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto bertarung panas. Pertarungan ini bahkan disebut sampai memecah belah keluarga karena beda pilihan.
Namun, ujung-ujungnya masyarakat di-prank karena meskipun kalah, Prabowo tetap bergabung dalam pemerintahan dengan menjadi Menteri Jokowi.
Baca Juga: Masih Ingat Nurhadi Aldo yang Sempat Menggemparkan Indonesia?
Di tahun itu, Nurhadi-Aldo atau yang dikenal dengan Dildo menjadi katarsis karena berani menawarkan program-program nyeleneh namun satire.
Sebut saja pengangkatan petani menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga petani makmur dan anak petani tidak perlu ke kota. Program itu merupakan respons dari pemerintah yang selama ini kurang memperhatikan kesejahteraan petani.
Selain itu, pasangan Dildo memberi nama koalisi yang unik yakni koalisi Indonesia Tronjal-Tronjol Maha Asyik. Kampanyenya pun menarik karena selalu memberikan quote-quote pesimisme namun lucu.
Dengan tagar #quotesNurhadi pasangan ini berbagi kata-kata demotivasi. “Bagi anda yang benci diri anda sendiri ingat anda tidak sendiri karena banyak yang membenci anda juga.”
Atau quote lain, “Jangan mengulangi kesalahan yang sama karena kesalahan lain masih banyak.”
Empat tahun berselang sejak fenomena Nurhadi-Aldo, pemilu akan kembali digelar di Indonesia. Suhu panas politik Indonesia banyak mengecewakan publik.