Suara.com - Debat calon wakil presiden (cawapres) yang digelar dengan format yang saat ini, masih menempatkan simpatisan dan pendukung berada di pasangan calon yang berdebat dikritisi Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).
Menurut Perludem, format tersebut catatan tersendiri dalam proses debat yang sudah kali kedua dilakukan.
"Catatan debat yang lalu masih soal formatnya yang masih ada suporter di belakang cawapres yang berdebat," kata Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Agustyati seperti dikutip Antara, Senin (25/12/2023).
Keberadaan pendukung dalam jumlah yang banyak, justru membuat suasana lokasi debat lebih riuh dan seolah menjadi ajang pamer kekuatan.
"Suporter yang banyak malah membuat jadi riuh dan antarsuporter jadi semacam show off force kekuatan masing-masing," katanya.
Tak hanya itu, pendukung berada di belakang pasangan calon yang sedang berdebat juga membuat fokus masyarakat terhadap para calon menjadi teralihkan.
Selain itu, Perludem juga menyoroti keberadaan panelis yang hanya membuat pertanyaan untuk pasangan calon, tetapi tidak mendalami gagasan yang disampaikan.
![Direktur Eksekutif Perludem Khoirunissa Nur Agustyati. [Perludem.org]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/08/11/12257-direktur-eksekutif-perludem-khoirunissa-nur-agustyati.jpg)
"Lalu, soal panelis yang hanya membuat pertanyaan saja, tetapi tidak mendalami gagasan dari cawapres," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, KPU menggelar debat kedua yang melibatkan tiga cawapres pada hari Jumat (22/12/2023) di Jakarta Convention Center (JCC).
Baca Juga: Apa Itu Arti Slepet? Bolak-balik Diucap Cak Imin sampai 15 Kali di Debat Cawapres
Tema debat kedua meliputi ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN dan APBD, infrastruktur, dan perkotaan.