"Jadi, walaupun Pram-Doel masih di peringkat 2, namun tren elektabilitasnya perlu diwaspadai," kata Yunarto .
Sementara itu, hasil survei LSI, yang menunjukkan keunggulan Pramono-Rano juga menunjukkan bahwa alasan pemilih cenderung memilih calon dengan pengalaman pemerintahan yang lebih kuat serta karakter yang jujur dan bersih dari korupsi.
"Alasan utama responden memilih Gubernur DKI Jakarta adalah pengalaman di pemerintahan (23,1 persen), jujur bersih dari korupsi (15,4 persen), dan sudah ada bukti nyata hasil kerjanya (11,5 persen)," ungkap Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Hal ini menunjukkan bahwa pemilih yang mengutamakan rekam jejak dan pengalaman cenderung memilih pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
Perbedaan ini menjadi semakin kompleks ketika mempertimbangkan hasil survei Poltracking yang mencatat bahwa Ridwan Kamil-Suswono mengungguli pasangan Pramono-Rano dengan elektabilitas 51,6 persen.
Tentunya menunjukkan bahwa preferensi pemilih Jakarta masih terpecah dan cenderung bergerak dinamis seiring dengan intensitas kampanye dari masing-masing pasangan.
Pilkada Jakarta Dinamis
Perbedaan hasil survei elektabilitas yang dirilis oleh LSI, Poltracking, Ethical Politics, dan Charta Politika menggambarkan bahwa pertarungan menuju Pilkada Jakarta 2024 masih sangat dinamis.
Sebab, setiap lembaga survei memiliki pendekatan metodologi yang berbeda, baik dari segi pengambilan data hingga analisis terhadap swing voters. Hal ini menciptakan variasi dalam hasil yang ditampilkan kepada publik.
Baca Juga: Survei Ethical Politics: Pramono-Rano Diprediksi Menang, Swing Voters Jadi Penentu Utama
Meski demikian, hasil dari semua lembaga survei sepakat bahwa pasangan Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono menjadi dua kandidat yang mendominasi preferensi pemilih.
Dengan dinamika yang terus berkembang dan waktu yang masih tersisa sebelum hari pemilihan, hasil akhirnya masih akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan kampanye dan pilihan dari para swing voters.