Ethical Politics, misalnya, menyebutkan bahwa kelompok swing voters cenderung menguntungkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno jika mereka diminta memilih di antara ketiga pasangan calon.
"Swing voters sebesar 15,97 persen tersebut mewakili para pemilih Anies alias anak abah, Ahokers, dan masyarakat yang memilih untuk golput,” ungkap Hasyibulloh.
Hal ini menunjukkan apabila swing voters ini menentukan pilihan mereka, maka elektabilitas Pramono-Rano dapat terus meningkat, meski saat ini posisinya belum dominan di semua survei.
Sebaliknya, survei Poltracking dan Charta Politika menilai pergerakan elektabilitas stabil pasangan Ridwan Kamil-Suswono.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menyoroti tren elektabilitas yang menunjukkan kenaikan signifikan pada Pramono-Rano dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tetap mengingatkan bahwa posisi Ridwan Kamil-Suswono masih lebih kuat secara keseluruhan.
"Jadi, walaupun Pram-Doel masih di peringkat 2, namun tren elektabilitasnya perlu diwaspadai," kata Yunarto .
Sementara itu, hasil survei LSI, yang menunjukkan keunggulan Pramono-Rano juga menunjukkan bahwa alasan pemilih cenderung memilih calon dengan pengalaman pemerintahan yang lebih kuat serta karakter yang jujur dan bersih dari korupsi.
"Alasan utama responden memilih Gubernur DKI Jakarta adalah pengalaman di pemerintahan (23,1 persen), jujur bersih dari korupsi (15,4 persen), dan sudah ada bukti nyata hasil kerjanya (11,5 persen)," ungkap Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Hal ini menunjukkan bahwa pemilih yang mengutamakan rekam jejak dan pengalaman cenderung memilih pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
Baca Juga: Survei Ethical Politics: Pramono-Rano Diprediksi Menang, Swing Voters Jadi Penentu Utama
Perbedaan ini menjadi semakin kompleks ketika mempertimbangkan hasil survei Poltracking yang mencatat bahwa Ridwan Kamil-Suswono mengungguli pasangan Pramono-Rano dengan elektabilitas 51,6 persen.