Untuk itu, pihaknya mendukung sekolah-sekolah di Provinsi Banten wajib memberlakukan kurikulum gempabumi maupun tsunami. Penerapan kurikulum itu juga diterapkan di negara Jepang, bahkan mulai pendidikan TK hingga pergurun tinggi.
Selain itu juga sekolah-sekolah rutin melaksanakan kegiatan simulasi pelatihan menghadapi gempa bumi dan tsunami untuk mengantisipasi pengurangan risiko kebencanaan. Mereka anak-anak di negara sakura itu tidak lepas dengan bantal guna penyelamatan diri jika terjadi bencana tsunami.
"Saya kira penting kurikulum tsunami itu diterapkan pada lembaga pendidikan," katanya.
Namun demikian, kata dia, pihaknya mempertanyakan pengelola hotel maupun villa di pesisir selatan Banten apakah sudah memiliki informasi penyelamatan maupun jalur evakuasi jika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami.
Padahal, informasi kebencanaan itu sangat diperlukan sehingga memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Sebab, bencana gempa bumi dan tsunami itu tidak dijadikan sesuatu kejadian yang menakutkan.
Apalagi, pesisir selatan Provinsi Banten mulai Pantai Merak, Cigading, Anyer, Carita, Panimbang, Sumur, Binuangeun, Malingping, Bayah hingga perbatasan dengan Sukabumi masuk kategori rawan gempa bumi dan tsunami.
"Kami berharap penerapan kurikulum muatan lokal tsunami dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat guna mengantisipasi pengurangan kebencanaan," katanya. (Antara)