Suara.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku telah mengutus Inspektur Pengawas Umum Polri, Komisaris Jenderal Dwi Priyatno agar menerjunkan tim untuk menyelidiki insiden kericuhan antara FPI dan anggota Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia.
Insiden tersebut terjadi usai pimpinan FPI Rizieq Shihab diperiksa terkait kasus dugaan dugaan penghinaan terhadap Pancasila dan Bung Karno di Polda Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis (12/1/2017) lalu.
"Saya sudah meminta irwasum untuk menurunkan tim disana dan melihat permasalahan secara objektif masalahnya tapi jangan dulu memberikan judgement siapa salah dan benar. Yang jelas kita tidak inginkan peristiwa kekerasan terjadi," kata Tito di Polda Metro Jaya, Rabu (18/1/2017).
Tito juga menyindir Rizieq ketika diperiksa yang telah memobilisasi massa ke Polda Jabar. Sebab, dia menilai adanya pengendalian massa tersebut bisa mengganggu proses penyelidikan kasus yang tengah ditangani polisi.
"Dan sebetulnya saya berharap kalau ada pemanggilan tolong lah jangan ada mobilisasi massa. Karena kalau ada mobilisasi massa akan terbentuk psikologi massa. Psikologi massa berbeda dengan psikologi individu. Kalau psikologi individu bersifat rasional dan logis. Tapi kalau psikologi massa itu kadang kadang irasional. Kita susah mengendalikan massa," kata Tito.
Mantan Kapolda Metro Jaya itu juga menilai adanya pengerahan massa bisa menyulut massa yang kontra untuk bergerak. Maka, dia menyarankan para pihak yang diperiksa terkait kasus yang dilaporkan anak kandung mantan Presiden Soekarno, Sukmawati Soekarnoputeri di Polda Jabar tak mengerahkan massa.
"Kalau ada pengerahan massa akan menimbulkan pengerahan massa yang lain karena isu isu biasa ada yang pro dan kontra. Apalagi ini isunya pancasila sensitif karena ideologi negera. Pasti ada pro dan kontra. Oleh karena itu untuk menghindari itu jangan dipancing pengerahan massa. Bisa timbul pengerahan massa yang lain. Kalau sudah ada massa dan massa muncul pengendalian akan sulit," kata Tito.
Sebelumnya, Rizieq menceritakan kronologis terjadinya bentrokan antara massa FPI dam GMBI ketika dirinya diperiksa di Polda Jabar. Rizieq menceritakan peristiwa tersebut usai bertemu anggota Komisi III DPR RI, Selasa (17/1/2017) kemarin.
Dia mengaku polisi melarang laskas FPI masuk ke Polda Jabar. Namun, kata dia, massa GMBI dibebaskan berkeliaran di kantor polisi tersebut. Dia juga mengataka anggota GMBI ada yang membawa bambu, balok, dan senjata tajam. "Kami punya rekamannya," kata Rizieq.
Baca Juga: Kapolri Utus Irwasum Usut Insiden Bentrokan FPI dan GMBI
Rizieq juga menyebut sikap Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal Anton Charliyan terhadap laskar berbeda dengan anggota GMBI. Rizieq tidak mengerti dengan pernyataan Kapolda yang tidak tahu kehadiran GMBI dan barang yang mereka bawa.
"Padahal, Kapolda Jawa Barat adalah pembina ormas tersebut. Ketua pembina itu bisa saja menggerakkan dan membubarkan, tapi itu tidak dilakukan Kapolda Jabar," ujarnya.
Rizieq menuding anggota GMBI memprovokasi laskar di sekitar Polda Jawa Barat, tetapi tidak diladeni.
"Sebab, mereka datang bukan untuk menyerang Polda, tapi untuk menunjukkan solidaritas dan mengetahui perkembangan pemeriksaan saya," tambah dia.
Setelah hari itu Rizieq selesai menjalan pemeriksaan sebagai saksi terlapor, dia dan laskar meninggalkan Polda Jawa Barat. Rizieq mengatakan setelah itu, ternyata anggota GMBI sweeping terhadap laskar FPI yang belum pulang. Puncaknya, saat Rizieq mampir ke rumah makan Ampera.
"Setelah kami makan selesai, maka kami beranjak meninggalkan rumah makan, ternyata mereka men-sweeping. Ternyata, setelah satu dua menit kami meninggalkan lokasi, ada laskar yang dikeroyok. Tangannya patah dan kemarin baru dioperasi," kata dia.