Keren, UGM dan Unram Temukan Pakan Penurun Kolesterol Sapi!

Siswanto Suara.Com
Kamis, 25 Mei 2017 | 19:32 WIB
Keren, UGM dan Unram Temukan Pakan Penurun Kolesterol Sapi!
Sapi kurban Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. (suara.com/Dian Rosmala)

Suara.com - Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Fapet Universitas Mataram menemukan pakan penurun tingkat kolesterol daging sapi. Pakan tersebut adalah kulit buah kakao yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan peternak, dan dicampur dengan jerami jagung sebagai pakan utama sapi.

“Hasil penelitian di Fapet UGM dan Fapet Unram menunjukkan bahwa sapi Bali yang diberi pakan KBK dicampur dengan jerami jagung, mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 62,5 mg per 100 gram,”  kata peneliti senior Fapet UGM Edi Suryanto dalam siaran pers yang diterima Suara.com, Kamis (25/05/2017).

Menurut dia secara umum sapi Bali yang pakan utamanya tidak dicampur KBK mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 80-100 mg per 100 gram. Karena itu, menurunnya tingkat kolesterol daging sapi dipastikan akan menurunkan konsumsi daging berkolesterol tinggi bagi masyarakat yang mengonsumsi daging tersebut.

“Memasuki bulan Ramadan biasanya masyarakat mengkonsumsi daging sapi cukup banyak. Karena itu, sangat perlu diperhatikan kadar kolesterol yang dikandung dalam daging sapi, supaya tetap sehat dan bugar selama saat menjalankan ibadah puasa,” kata Edi.

Dampak KBK

Selain itu, kata dia, dampak lain pencampuran KBK ke dalam pakan ternak sapi juga menghasilkan beberapa kelebihan. Pertama, kandungan karkas (daging dan tulang) tercatat sebesar 52,4%. Kedua, area mata rusuk atau rib eye area daging sapi seluas 58,6 cm2.

“Karena itu, untuk mencapai hasil penurunan kolesterol yang maksimal, KBK perlu difermentasi sehingga meningkatkan kualitas dan kecernaan KBK jadi dapat dikonsumsi sapi secara optimal,” kata Edi.

Meski demikian, ia mengakui saat ini pakan ternak selalu kurang atau langka di musim kemarau. Sementara, produksi KBK sangat melimpah di Indonesia dan dapat diberikan pada sapi untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi, sehingga sapi dapat tumbuh dan memproduksi daging yang optimal dan rendah kolesterol.

“Oleh karena itu, kulit buah kakao perlu diproses dan disosialisasikan pada peternak untuk menjadi pakan sapi. Integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan kakao perlu dilakukan sehingga integrasi dan kolaborasi bidang peternakan dan perkebunan dapat menjadi solusi kekurangan pakan di musim kemarau,” kata Edi.

Dukung pemerintah

Ia menambahkan peternakan sapi akan menjadi lebih bergairah dan dapat menopang pemerintah dalam rangka swasembada daging di dalam negeri. 

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi positif bagi peternak di Indonesia khususnya untuk meningkatkan kualitas daging sapi sekaligus memanfaatkan kondisi kekurangan pakan di musim kemarau.

“Pemikiran ini sebaiknya diimplementasikan secara efektif. Sehingga target dan kolaborasi pemerintah dengan akademisi terwujud optimal,” tandas Edi.

Kontribusi konkrit

Senada dengan itu, Pengamat Kebijakan Publik Bidang Sosial Masyarakat dari Universitas Indonesia Sri Handiman Supyansuri mengapresiasi langkah Fakultas Peternakan UGM-Unram dalam memberikan edukasi penting kepada masyarakat, khususnya dalam peningkatan kualitas daging sapi.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI