Suara.com - Pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pada Kamis (27/7/2017) malam di Cikeas, Jawa Barat, menjadi tanda tanya bagi publik. Apakah kedua tokoh itu akan bersatu melawan Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri di gelaran Pilpres 2019 mendatang?
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengasumsikan kedua pimpinan partai itu akan bersatu untuk menantang kekuatan besar yang saat ini masih berkuasa, yakni Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Tapi apakah polarisasi SBY-Prabowo dan Jokowi-Megawati tersebut, baik bagi Indonesia?
Menurut Denny, hal itu cukup bagus tapi dengan beberapa syarat. Semakin rakyat diberikan banyak pilihan semakin baik. Dan semakin kekuasaan tersentralisasi di satu kubu akan semakin buruk.
"Jika benar SBY-Prabowo menyatukan kekuatannya, rakyat sejak dini, 2 tahun sebelum Pilpres sudah diberikan waktu yang cukup soal alternatif," kata Denny, Senin (31/7/2017).
Di samping itu, kata dia, Jokowi pun akan lebih berhati-hati membuat kebijakan. sebab jika ia salah, publik akan semakin menokohkan kubu SBY-Prabowo.
Syarat agar polarisasi tersebut baik bagi Indonesia, maka yang diperlukan adalah Act of Statemanship, sikap negarawan empat tokoh tersebut.
"Apapun yang terjadi, kepentingan negara dan masyarakat luas, harus didahulukan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh hukum nasional dan konstitusi," kata Denny.