PDIP: SBY Harus Buka Suara soal Tragedi HAM Kudatuli

Jum'at, 27 Juli 2018 | 16:06 WIB
PDIP: SBY Harus Buka Suara soal Tragedi HAM Kudatuli
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjenguk Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (18/7). SBY dirawat di RSPAD karena kelelahan dengan aktivitasnya yang padat.( ANTARA FOTO)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mega adalah Ketua Umum PDI berdasarkan hasil Kongres Surabaya tahun 1993. Ia didaulat menjadi pemimpin periode 1993-1998.

Namun, kubu PDI yang lebih dekat dengan diktator Soeharto kala itu, Soerjadi, membuat kongres tandingan di Medan tahun 1996. Ia terpilih sebagai ketua umum periode 1996-1998. Kongres itu sendiri digelar sebulan sebelum Kudatuli.

Penyerangan kubu Soerjadi terhadap kantor DPP PDI tersebut dilakukan atas bantuan aparat kepolisian dan TNI.

Penyerangan tersebut juga sempat disebut merupakan 'selimut' dari niat pemerintahan Orde Baru yang ingin menggulingkan Megawati.

Berdasarkan dokumen Komnas HAM, peristiwa tersebut merenggut lima nyawa, 149 orang terluka, dan 136 orang ditahan.

Komnas HAM juga menemukan pelanggaran-pelanggaran lain terkait dengan hak asasi manusia pada peristiwa itu. Terutama penculikan aktivis mahasiswa, buruh, dan orang-orang Partai Rakyat  Demokratik (PRD) yang dianggap sebagai dalang kerusuhan oleh Soeharto.

Sementara hasil penyelidikan Komnas HAM menyebutkan, 5 orang tewas, 149 orang terluka, serta 136 lainnya  ditahan dalam Kudatuli.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI