Suara.com - Guru dan pelajar di Lombok Timur gempar. Buku muatan lokal yang berjudul Pantun Sasak dan jampi jampi Sasak diduga bermuatan porno pada sampulnya. Akibatnya, sejumlah sekolah melakukan protes hingga ada yang membakarnya.
Seperti yang dilakukan Ketua Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nasional (MAN) Lombok Timur, Sayadi membakar foto sampul buku muatan lokal yang isinya diduga ada kata pornonya didalamnya di warung Kebab Wijaya depan Taman Kota Selong, Senin (8|10/2018).
Pembakaran foto sampul buku muatan lokal yang berjudul Pantun Sasak dan jampi-jampi Sasak yang telah terbit di media mass. Dilakukan secara spontanitas di saksikan para pelajar dan awak media sebagai bentuk aksi protes atas beredarnya buku muatan lokal tersebut.
” Pembakaran sampul buku muatan lokal yang isinya diduga ada kata porno dan tidak pantas sebagai bentuk protes PD AMAN Lotim,” kata Sayadi dihadapan awak media massa, seperti dilansir Lombokita.com.
Ia meminta agar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lotim, Penerbitnya maupun tim verifikasi bertanggungjawabnya atas terbitnya dan beredarnya buku muatan lokal yang isinya tidak pantas untuk diajarkan kepada siswa SD|MI,SMP|Mts yang ada di Lotim.
Selain itu Dikbud bersama jajarannya harus segera menarik kembali dua buku muatan lokal tersebut. Apalagi dengan banyaknya protes dari berbagai kalangan di daerah ini yang terus mengkritisi isi dua judul buku yang diduga porno tersebut.
” Kami melihat dibalik terbitnya dua judul buku muatan lokal yang bermasalah itu tidak lebih untuk mengejar target dari proyek yang ada, apalagi pembayarannya bersumber dari dana Biaya Operasional Sekolah (BOS),” kata Sayadi.
Sementara sejumlah siswa SMA di Lombok Timur saat diminta tanggapannya mengenai masalah isi dua judul buku muatan lokal yang diterbitkan oleh Pusakanda tersebut. Dengan tegas mengatakan sangat tidak elok dan tidak pantas isi buku muatan lokal tersebut, apalagi diajarkan untuk siswa SD|MI, SMP|Mts di Lotim.
” Kok jorok sekali sih isi buku muatan lokal ini,jangan siswa SD|MI,SMP|Mts,kami yang SMA juga tidak setuju dan sangat tidak pantas untuk diajarkan,karena isinya kurang mendidik,” kata para siswi SMA di wilayah Selong.
Selain itu sejumlah Kepala Unit Dikbud Kecamatan di Lotim mengaku pihaknya tidak mengetahui isi dua judul buku muatan lokal yang menyebabkan timbulnya polemik tersebut. Karena tidak pernah membukanya isinya,terkecuali setelah ada telpon dari Dinas Dikbud Lotim untuk segera menarik dua judul buku yang bermasalah tersebut.
” Terus terang saya tidak pernah tahu isi dua judul buku muatan lokal yang bermasalah itu, karena sejak didistribusikan oleh penerbit ke kantor tidak pernah membukanya,” kata Kanit Dikbud Labuhan Haji, Suardi.
Namun yang jelas, lanjut Suardi,sejumlah sekolah telah mengambil buku muatan lokal tersebut. Akan tapi juga masih ada yang belum mengambilnya,karena pembayaran buku itu dilakukan melalui dana BOS.
Begitu juga atas adanya masalah dua judul buku muatan lokal itu, dari pihak Dinas Dikbud dan penerbit Pusakanda akan mengganti dengan buku lainnya muatan lokal dan kamus muatan lokal maupun lainnya.
” Buku yang sudah diberikan ke sekolah ditarik kembali karena ada perintah dari Dikbud Lotim,” tegas Suardi seraya mengatakan dirinya tidak mengetahui secara pasti harga buku muatan lokal itu dijual kepada sekolah,karena dananya berasal dari BOS,sedangkan kami hanya dititipkan saja.
Hal yang sama dikatakan Kanit Dikbud Sikur, M.Yunus menegaskan pihaknya sampai saat ini tidak mendistribusikan ke sekolah buku muatan lokal yang dianggap bermasalah. Dengan ada kata-kata yang kurang pas didalam buku tersebut, untuk diajarkan kepada anak didik di sekolah.