Suara.com - Dua studi terbaru mengatakan bahwa pandemi virus Corona bisa bertahan hingga tahun 2022 apabila vaksin yang efektif belum ditemukan. Penelitian itu membuat ilmuan terkejut.
Menyadur dari New York Times, dua studi terbaru itu dilakukan Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard.
Co-author atau penulis bersama dari dua penelitian tersebut, Dr. Marc Lipsitch menyebut pandemi virus Corona masih jauh dari kata selesai. Masyarakat dunia harus bersiap hidup bersama Covid-19 hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun ke depan.
"Tepatnya berapa lama (pandemi bertahan) masih harus dilihat," kata Dr. Marc Lipsitch sebagaimana dikutip dari New York Times, Minggu (10/5/2020).
"Ini akan menjadi masalah bagaimana mengelola (pandemi Covid-19) selama bertahun-tahun ke depan. Bukan masalah (kita) telah melwati puncaknya sebagaimana yang orang-orang percayai."
![Ilustrasi Virus Corona. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/03/02/81487-ilustrasi-virus-corona.jpg)
Dalam dua studi tersebut, para peneliti membuat model-model bagaimana pandemi Covid-19 bisa bertahan hingga minimal dua tahun ke depan.
Penelitian dari Universitas Minnesota membuat tiga model atau skenario yang memprediksi bagaimana dunia bakal menghadapi Covid-19 dengan berbagai cara berbeda.
Skenario pertama menunjukan bahwa infeksi Covid-19 di dunia akan berfluktuasi dalam keadaan relatif stabil hingga 2020.
Sementara skenario kedua memperlihatkan bahwa infeksi virus Corona di dunia bakal memuncak pada akhir 2020 dan berangsur-angsur melandai sebelum terjadi sedikit lonjakan di 2022.
Baca Juga: Virus Corona Jenis Baru Ditemukan di Jawa Timur
Sedangkan skenario ketiga adalah yang paling diharapkan para ilmuan, yakni infeksi COvid-19 berlangsung lambat atau "slow burn" dan berangsur-angsur hilang di tahun 2022.
Dalam makalah ilmiah itu, para peneliti menjelaskan bahwa realitas apapun bisa terwujud tergantung dari langkah-langkah pencegahan yang dilakukan berbagai negara, dalam rangka menunggu vaksin tercipta.
"Kita harus bersiap untuk setidaknya 18 hingga 24 bulan aktivitas Covid-19 yang signifikan, dengan hot spot bermunculan secara berkala di beragam wilayah geografis," tulis ilmuan di makalah tersebut.

Sementara dalam studi yang dilakukan tim Harvard, mereka membuat skenario dengan menggunakan simulasi data Covid-19 terbaru dan berbagai aspek pandemi virus terkait.
Penelitian yang digawangi Dr. Stephen Kissler, Dr. Lipsitch, Christine Tedijanto dan Edward Goldstein, menemukan skenario yang hampir sama.
Dalam skenario yang mereka jabarkan, dunia disebut harus memberlakukan lockdown atau social distancing secara berkala hingga pandemi Covid-19 benar-benar selesai.