Peneliti Curiga Penurunan Jumlah Kasus Corona di Indonesia adalah Semu

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 12 Mei 2020 | 17:10 WIB
Peneliti Curiga Penurunan Jumlah Kasus Corona di Indonesia adalah Semu
Ilustrasi (ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus)

Salah satu alasan jumlah tes belum konsisten per harinya adalah karena kelangkaan reagen, atau cairan yang digunakan untuk pengetesan Covid-19, di sejumlah daerah.

Di provinsi Kalimantan Tengah, yang jumlah angka positifnya sudah menembus angka 200, laboratorium Covid-19 bahkan belum berfungsi karena keterbatasan reagen.

Spesimen di provinsi itu pun terpaksa dikirim ke daerah lain, seperti Surabaya dan Jakarta yang mengakibatkan hasil tes baru diterima dalam waktu yang lama, yakni sekitar 10 hari ujar Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah, Suyuti.

"Masalah besar di kami, reagen primer yang terbatas. Kami alat PCR baru ada, tapi baru dalam tahap uji coba, jadi belum ada hasil resmi," katanya.

Sementara, di Papua, yang angka positifnya mencapai lebih dari 300 orang, laboratoriumnya hanya bisa memeriksa maksimal 150 spesimen per hari, ujar juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Silwanus Sumule.

"Kami punya satu alat PCR, sekali jalan bisa dapat (memeriksa) 96 sampel. Tapi kami paksa alatnya karena banyaknya jumlah yang harus diperiksa, sehingga kami bisa dapat hasil tes 140-150 sampel per hari," katanya.

Ia mengatakan berharap pemerintah kembali mengirimkan alat PCR untuk Papua juga kelengkapan untuk menjalankan Tes Cepat Molekuler (TCM).

'Keterbatasan SDM'

Di sisi lain, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, menyampaikan hingga kini jumlah petugas laboratorium yang bertugas mengecek hasil tes PCR masih terbatas.

Baca Juga: Senin Ini, Jumlah Pasien di RS Wisma Atlet 889, Positif Covid-19 702 Orang

Ia mengatakan pihaknya berencana merekrut anggota TNI dan Polri untuk melakukan pengujian di rumah sakit tentara maupun Polri.

Doni mengatakan berharap petugas laboratorium bisa bekerja selama 24 jam setiap hari.

Saat ini, tambahnya, petugas di sejumlah laboratorium hanya bekerja pada hari kerja.

"Artinya dibagi menjadi paling tidak tiga shift, sehingga kemampuan pemeriksaan spesimen setiap hari di seluruh laboratorium mengalami peningkatan," katanya.

Selain itu, pentingnya petugas laboratorium yang cakap ditekankan oleh Ratih Asmana Ningrum, Manager Biosafety Level tiga di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Ia mengatakan bekerja di laboratorium butuh keahlian dan pengetahuan yang spesifik termasuk penguasaan metode deteksi berbasis biologi molekuler.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI