Arsitektur ini, tulisnya melalui email, "memungkinkan sistem penahanan tanpa batas waktu tanpa dakwaan dan komisi militer yang cacat untuk mengadili tersangka terorisme, dibandingkan dengan pengadilan federal yang telah ada."
Warisan yang menghantui
Niatan pemerintah AS untuk menutup penjara ini telah diikrarkan oleh mantan Presiden Barack Obama pada tahun pertama ia pertama kali terpilih pada Januari 2009.
Namun hingga akhir pemerintahan Obama, penjara ini tetap beroperasi. Kebijakan itu pun dibalik oleh Presiden Donald Trump saat ia menjabat.
"Obama harus dihargai karena mengakui bahwa Guantanamo merusak nilai-nilai Amerika dan keamanannya, dan dengan secara signifikan mengurangi populasi di sana," ujar Hafetz, namun ia juga menegaskan bahwa "dia (Obama) pada akhirnya harus dinilai karena kegagalannya menutup penjara dan karena mempertahankan keberlanjutan legalitasnya."
Karena kegagalan Obama menutup Guantanamo masih tetap membayangi begitu penggantinya menjabat.
Selama kampanyenya, Donald Trump telah menentang rencana Obama untuk menutup fasilitas tersebut.
Trump juga sempat memprotes pemindahan beberapa narapidana yang tersisa ke Arab Saudi oleh pemerintahan Obama.
Niatan pemerintahan Biden-Harris untuk lebih serius meninjau penutupan Guantanamo patut diapresiasi.
Baca Juga: Trump Minta Obama Tunda Pindah Tahanan Guantanamo, Kenapa?
Lagi pula, pengacara Jonathan Hafetz mengatakan berdasarkan pengalamannya mendampingi sejumlah tahanan Guantanamo bahwa "Presiden Bush mendirikan Guantanamo sebagai penjara di luar sistem hukum, menyebabkan kerusakan besar-besaran pada reputasi Amerika Serikat dan supremasi hukum secara lebih umum, tanpa manfaat keamanan yang nyata.